Monday, April 28, 2008

GuuBRAAaaakkkkk




Alhamdulillah, Masih Hidup…

Bismillah.


Lama tak mengisi blog ini, kukabarkan pada kalian, wahai dunia, aku masih
hidup! :)

Ya. Alhamdulillah aku masih diberi kesempatan hidup. Setelah sebelumnya
harus "simulasi kematian" dengan metode 'learning by doing', pembelajaran
terbaik yang lebih terserap karena melibatkan semua unsur; fisik, pikiran,
dan hati.

Jumat lalu, empat puluh lima menit lepas dari maghrib, aku bergegas memacu
sepeda motor dari rumah menuju RSCM, tempat dimana aku akan bertemu
seseorang untuk urusan pekerjaan.

Tidak ada feeling apa-apa sebelum berangkat. Aku hanya meyakinkan diri untuk
lebih berhati-hati karena hari sudah malam, dan biasanya jalanan akan
terlihat lebih remang; apalagi di mataku yang sensitif debu dan mudah
teriritasi.

Dan akupun berangkatlah. Berusaha memenuhi janji dan membuat temankuitu tak
lama menunggu. SMS temanku : "Cepet ya, kalau bisa sekarang. Soalnya mau
pergi lagi.
Saat itu pikiranku hanya satu: sesegera mungkin sampai ke
tujuan.<https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieMqRSBpZod3nBoWOZcXsVCgIcIkDVeXA_QG9BqS89oPIeAL65cFIbNgibw-yGyqj6a9OezoHeT-_bLcygXsYzOMmgS8a41chFRkH39n-tL3YsMec9R9E1-gz_0eZdF1dMe_ss3Az2zdQ/s1600-h/accident.gif>

Hingga tiba di lampu merah Slamet Riyadi, Jatinegara, semua masih lancar.
Begitu lampu hijau menyala, arus lalu lintas yang padat jadi mengencang, dan
otomatis membuatku yang berada 3 baris dari depan ikut lebih kuat menggas
kendaraan.

Baru menyeberang perempatan beberapa detik dalam keadaan motor yang berlari
kencang, kulihat 2 lubang di hadapanku, dan refleks aku menghindar.

Stang kubelokkan ke arah kiri, dan detik itu pula…
dari arah kiri belakang sebuah motor menabrakku tanpa kendali!

ALLAHU AKBAR!

Panik, aku bertakbir berulang kali. Sudah tidak ingat aku dimana rem, dimana
segala macam pijak gigi, dan seterusnya. Badan motorku menyangkut di motor
si penabrak, terseret miring sekian meter selama beberapa detik mengikuti
dia, dan selama itu pula aku hanya bisa menyebut asma-Nya dalam pasrah…

Akhirnya motor itu menghantam sesuatu dan aku ikut terjatuh.

Kurasakan punggung dan bahu kananku membentur jalan yang keras. Kakiku
terjepit tertimpa sepeda motor yang kukendarai. Si penabrak sendiri, tak
tahu pasti aku bagaimana kondisi dan posisinya. Tiba-tiba orang-orang
berkerumun, mengangkat sepeda motorku dan membantuku bangun.

Kepalaku terasa berat. Tapi kupaksakan diri untuk bangkit dan masih sempat
berkata pada orang yang menolongku bahwa aku baik-baik saja, sembari
meyakinkan diri sendiri. Walau pada kenyataannya kacamataku patah, motor
tergeletak begitu saja entah bagaimana nasibnya, kubuka penutup mulut dan
helmku, meraih tas dan menyingkir ke tepian.

Tiba-tiba sesuatu menetes menodai jaket yang kupakai.
Darah!!!
Apa yang berdarah???

Spontan kuraba sumber tetesan di dahi kiri dan mendapati kedua telapak
tanganku berlumuran banyak cairan merah.

"Berdarah!" seru seseorang dengan lantang.
Kukuatkan hati yang mendadak gemetar. Gapapa, indra… kamu gapapa… kamu gak
apa-apa…

Kubiarkan motorku dikerubungi orang, sambil mengelap dahiku dengan sapu
tangan penutup mulut yang semakin banyak terkena darahnya. Sederas inikah?

Seorang polisi menuntun sepeda motorku diiringi yang lain. Dan beberapa
orang lainnya mengamatiku baik-baik.

"Mbak gapapa?" tanya pemuda yang kuduga si penabrakku.
"Ini tissue mbak…" ujar seorang yang lain.
"Gak…gak papa…Ini cuma berdarah…Parah gak ya?" kataku tidak yakin.
Kusingkap sedikit jilbab di pelipisku, dan mas-mas yang menabrakku
memperhatikan lebih seksama.
"Lukanya kecil, tapi agak dalam…"
Dan aku meringis nyeri.
"Mas gak papa?" kutanya pria yang tampak baik-baik saja itu. Wajahnya pias,
entah mengkhawatirkan aku atau apa.
"Gak…saya gak papa…"

Pak polisi menghampiriku lagi.
"Anda sendirian?"
"Iya, Pak…".
"Anda…" ia menoleh ke pria yang menabrakku. "Gimana, ada tuntutan gak?"
"Enggak… gak ada…"
"Kalo gak ada ya sudah, selesai disini. Lain kali hati-hati…"

Panikku belum selesai, darahku belum berhenti mengucur, tiba-tiba sarafku
dipaksa menegang. Aku terluka, dan… tuntutan apa??

<https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJwJpykRwc_P0_rZFmU12BsXo4d5CkjvYwYxsJWcfl1dDI06YDLBtuncRhoeeK5i6K4UtBVbvW4H5Yg5xW9cNj7UOR-Je2rPvuGebnhDNQwUn5k3NY5ni_uu7JF-yQJDbKoT30ViCTBrQ/s1600-h/kid_ac1.gif>"Minum
dulu, Mbak…" ulur seorang bapak tua. Dan orang-orang kemudian perlahan
meninggalkan. Pria itu juga kembali pada motornya yang diparkir agak di
depan.

Kuhubungi temanku segera. Mengabarkan bahwa pertemuan hari itu terpaksa
dibatalkan karena musibah yang menimpa. Kukabarkan orang dekat yang lain,
berharap mendapat bantuan. Setidaknya ada yang tahu bahwa aku kecelakaan.
Dan tentu saja, aku hanya ingin segera pulang.

Seorang pemuda pengatur lalu-lintas informal mendekatiku yang masih sibuk
mengelap luka di dahi. Masih bertanya hal yang sama, "Gimana Mbak, gak
papa?"
Sampai akhirnya ia menawari tuk mengantarkanku ke apotek seberang, tapi
kutolak halus dan hanya minta bantuan membelikan betadine. Pemuda yang baik
sekali…

Begitu ia datang lagi, langsung kuobati bocor di atas alis kiri, juga kulit
yang terkelupas di dekat mata kaki kanan dan di bawah lutut kiri.

Si penabrakku sendiri baik-baik saja, hanya terdengar bahwa motornya rusak
dan sampai aku pamit, belum dapat dipastikan apakah kendaraannya itu bisa
kembali berjalan normal. Maafkan saya ya… kita sama-sama mendapatkan
kerugian :'(

Akhirnya kupaksakan meneruskan perjalanan pulang sendirian karena mustahil
menunggu bantuan datang. Kali ini, dengan kecepatan minimal sambil merasakan
perih yang tertahan…

Ya Allah, terima kasih banyak sudah mengingatkan banyak hal…

***

Pelajaran 1 :
Persiapkan segala sesuatu baik-baik sebelum berangkat. Termasuk meresapi doa
"bismillahi tawakkaltu 'alallaahi laa hawla walaa quwwata illa billah…".
Dengan nama Allah aku bertawakkal, tiada daya dan kekuatan selain dari
Allah. Well, everythings can happen begitu kita keluar dari rumah…

Pelajaran 2 :
Bersikap tenang dalam keteburu-buruan tetap penting tuk dilakukan.
Ketergesaan berpotensi menimbulkan ketidakberesan. Bergerak cepat boleh,
tapi tetap harus tenang.

Pelajaran 3 :
Bagi para pengendara kendaraan roda dua, better gunakan helm yang menutupi
semua bagian kepala karena kalo kita jatoh (na'udzubillahh...), kepala
terlindung dari benturan. Jangan lupa, baik-baik perhatikan lubang yang
semakin banyak bertebaran di jalan raya. Walaupun ngebut itu asyik(teteup…),
slogan "Ngebut berarti Maut" kurasa masih terus relevan. Apalagi kalau udah
kejeblos di lubang itu, atau ngerem mendadak dan bikin yang ada di belakang
jadi nabrak…
Btw kabarnya, yang kecelakaan gara-gara lubang di jalanan itu gak sedikit…
Ehm, wahai pemerintahku yang solih dan bertanggung jawab, harus menunggu
berapa ratus korban lagi? >:(

Pelajaran 4 :
Kalimat "belum kapok naik motor kalau belum jatuh", buatku kurang berlaku.
Kapok mah enggak… hehe. Yang jelas, naik motor akan aman kalau kitanya
hati-hati. So, berhati-hatilah. (intinya, jangan kapok naek motor ya. Hehe…)

Pelajaran 5 :
Pastikan di setiap momen, kita selalu dalam keadaan mengingat Allah.
Berdzikir sambil berkendara merupakan hal yang sangat mungkin tuk dilakukan.
Kematian baru terasa dekat ketika peristiwa mengerikan menghampiri kita.
Tapi sesungguhnya, ia bisa menghampiri kita kapanpun, dimanapun, dalam
kondisi apapun… **

Pelajaran 6 : (silakan ditambahkan…)

Ahad, April 20, 2008. 10:52 pm.
-dilarangNaekMotorLagiSamaMamah:(


No comments: