Thursday, May 22, 2008

Mau Kemana Setelah LULUS ???



"Makna sebuah kelulusan tak hanya sekedar nilai dari UN belaka.mungkin ini tepat bagi siswa yang cermat menyikapi.Dengan lulusnya bukan berarti dia telah lepas dari satu beban belaka akan tetapi ini merupakan awal babak baru bagi siswa untuk merengkul masa depannya."

Kebijakan tentang kelulusan saat ini untk SMK udah semakin baik, ketimbangtahun lalu, artinya kriteria lulus bagi siswa SMK yang mengikutkan nilai Ujiankompetensi jadi bahan pertimbangan merupakan upaya agar anak-anak kitaterselamatkan. Hal yang patut kita syukuri. Adalah suatu bagian dari prosesmenuju kebaikan. Masukan dari teman-teman seputar kelulusan SMK juga sangatbaik guna bahan pemikiran di masa mendatang.

Tahun lalu banyak anak-anak kita gagal karena kriteria lulus hanya mempersyaratkan nilai 3 mata diklat dan uji kompetensi tidak dilibatkan. Kalaupun sekarang masih ada yang belum sempurna dengan, sekali lagi ini adalahproses. Semoga ke depan harapan kita tentang kriteria kelulusan ini semakin baik.

Jakarta–Pemerintah tidak menolerir siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) yang tidak memiliki kompetensi keahlian di bidangnya. Kualitas lulusan SMK dititikberatkan pada kompetensi keahlian minimal, bukan nilai tiga mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional (UN).
Karena itu, prasyarat kelulusan siswa SMK ditetapkan minimal nilai tujuh untuk uji kompetensi keahlian. Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Departemen Pendidikan Nasional Joko Sutrisno mengatakannya di Jakarta, Selasa (16/1).

“Untuk tahap pertama ini, ujian nasional kompetensi keahlian tidak akan diberikan kepada setiap siswa. Namun bentuk soalnya diberikan secara kelompok untuk mengerjakan satu ‘proyek’, seperti merakit peralatan elektronik yang relatif dapat dikerjakan siswa. Meski begitu, siswa akan mendapat nilai pribadi sesuai dengan tugas dalam kelompok,” ujarnya.Menurutnya, selama ini banyak SMK yang mengejar target agar siswanya lulus murni dari tiga mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional, matematika, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris. Kualitas lulusan SMK itu padahal bukan “jago” di tiga mata pelajaran tersebut. Hal Ini yang seringkali dilupakan para kepala SMK.

Untuk soal-soalnya, lanjut Joko, Depdiknas akan bekerja sama dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Pusat dan tengah digagas bekerja sama juga dengan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans). Sertifikat kompetensi keahlian pun akan dikeluarkan oleh asosiasi dibawah Kadin, yang disahkan Kadin dan pemerintah.Pihaknya sudah melakukan sosialisasi ke seluruh wilayah Indonesia agar sekolah-sekolah dan siswanya benar-benar siap menghadapi ujian nasional, khususnya ujian kompetensi keahlian yang menjadi prasyarat kelulusan. “Kalau siswa tidak lulus uji kompetensi keahlian, siswa tersebut gagal, harus mengulang tahun depan. Komponen nilai kelulusan, terdiri atas nilai tiga mata pelajaran yang diujikan ditambah nilai uji kompetensi kemudian dibagi empat,” imbuh Joko.

Menanggapi kesiapan SMK-SMK swasta yang tidak memiliki peralatan memadai untuk melakukan ujian kompetensi keahlian, Joko mengatakan pihaknya sudah merekomendasikan SMK-SMK tersebut untuk mempergunakan peralatan di BLPT (Balai Latihan dan Praktik Teknik) yang ada di daerahnya. Perspektif penyelenggaraan SMK uji kompetensi keahlian ini memiliki dua sisi kepentingan sebagai pengukur ketercapaian kompetensi tamatan, dan sekaligus sebagai pemenuhan atas amanat Pasal 61 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
(stevani elisabeth)

Renungkanlah ini ...

Lulus adalah satu perubahan bagiku.. satu bekal bagiku.. satu perpindahan dari jenjang yang satu ke jenjang yang lain.. Lulus adalah saat dimana aku sudah mulai berdiri sendiri, merencanakan masa depanku, menapaki hidup yang baru, terjun langsung ke dunia nyata dengan semua hak dan kewajiban, dengan semua resiko dan konsekuensi dari tindakan yang aku ambil.. Lulus adalah penetapan bahwa saat ini, "salah" adalah kata yang harus dihindari, "tanggung jawab" adalah kata yang mutlak harus dimiliki, dan "berusaha" adalah kata yang seharusnya terjadi. Lulus adalah status yang merubah kondisiku, tidak lagi menjadi anak emas yang masih bisa salah dan seenaknya, tapi sudah menjadi bagian dari masyarakat dunia yang HARUS memberikan kontribusi, dalam bentuk apapun.

Lulus terdengar menjadi mengerikan.. Hmmm.. tidak juga, karena aku tidak lulus sendiri, karena aku tidak hidup sendiri, karena aku tidak menghadapi dunia nyata sendiri, karena proses belajar itu tidak akan pernah berhenti hanya dengan kata "lulus", dan karena aku masih memiliki orang-orang yang aku sayangi dan menyayangiku yang mendampingiku di awal kehidupanku.. Lulus bukanlah hanya sebuah akhir dari satu masa, tapi juga awal dari masa yang lain. Aku pasti bisa, kami pasti bisa, karena kita telah terbiasa "lulus" dari suatu hal dan memulai hal yang lain.

Makna Kelulusan .

Kalau melihat siaran di beberapa TV, ada beragam cara yang dilakukan siswa siswi untuk mengekspresikan kelulusan mereka. Ada yang mencorat-coret seragam mereka, ada yang konvoi dengan motor, dan lain-lain. Ada juga yang mengekspresikan kelulusannya dengan menyumbangkan seragam mereka untuk anak-anak yatim atau untuk yang membutuhkan (misalnya orang-orang miskin). Ada yang sujud syukur. Ada pula yang bersalam-salaman dengan guru dengan berbaris rapi seraya terharu karena kelulusan mereka. Yang disebut terakhir ini di justru dicontohkan oleh siswa-siswi sebuah SD di Jakarta. Semestinya cara ini dilakukan oleh SMA yang notabene secara usia lebih dewasa. Untuk menyalurkan ekspresi kegembiraan mereka, para guru menyediakan kain panjang untuk corat-coret, daripada corat-coret di baju seragam.

Nah, bagaimana supaya kelulusan kita menjadi penuh makna? Yang pasti, kelulusan yang prosesnya diwarnai dengan kecurangan adalah kelulusan yang tidak bermakna, penuh kepalsuan.

Menurut saya, kelulusan yang penuh makna adalah kelulusan yang diisi dengan kegiatan positif dan jauh dari kegiatan yang sifatnya mubazir. Menyumbangkan seragam yang sudah tidak terpakai ke orang yang membutuhkan, itu adalah salah satu contohnya. Memberikan ucapan terima kasih ke guru, itu juga positif, minimal menjabat tangannya. Begitu pula terhadap orangtua, kita harus memberikan ucapan terima kasih, kalau perlu kasih hadiah. Terhadap sesama teman, saling memberikan selamat, dan mengupdate nomor kontak, karena ada kelulusan biasanya diikuti dengan perpisahan. Jadi nomor kontak ini agar kita bisa saling komunikasi menjalin ukhuwah walau jarak berjauhan. Dan yang paling penting, bersyukur kepada Allah atas kelulusan. Sujud syukur adalah salah satu bentuknya. Atau banyak-banyak memberikan sedekah. Bentuk syukur lainnya adalah berupaya semaksimal mungkin untuk lolos ujian saringan masuk ke perguruan tinggi (bila ingin meneruskan ke perguruan tinggi). Jadi, lulus bukan berarti berhenti belajar, karena ada ujian berikutnya.

Yang jelas, masih ada banyak cara yang positif agar kelulusan kita bermakna, ketimbang dengan mencorat-coret seragam, konvoi motor, atau hura-hura.
Harapan terakhir, semoga kita semua lulus di akhirat nanti dengan ditandai masuknya kita ke dalam Jannah-Nya... Aamiiin...

Monday, May 19, 2008

Raja Dzalim dan Raja Adil





Raja Dzalim dan Raja Adil

Alkisah hidup seorang raja dzalim yang selalu menindas rakyat, yang selalu membuat rakyatnya sengsara, tidak pernah memikirkan nasib rakyatnya tapi selalu memikirkan perutnya sendiri sehingga tidak satu pun rakyatnya yang suka kepadanya. Namun raja dzalim tidak pernah berhenti menindas dan memeras rakyatnya.

Sementara itu diseberang laut lain hidup seoarang raja adil yang selalu menentramkan hati rakyatnya, selalu mendahulukan kepentingan rakyatnya, tidak pernah membuat rakyatnya sengsara, raja adil selalu menyatu dengan rakyatnya dan selalu hidup dengan penuh kesederhanaan bahkan lebih sederhana dari rakyatnya. Sehingga seluruh rakyat yang ada di kerajaannya menyukai raja adil sepenuh hati.

Hingga suatu saat Tuhan memerintahkan kepada malaikat untuk memberikan kedua raja ini suatu penyakit yang telah ditetapkan tuhan. Maka jatuh sakitlah kedua raja ini selama berminggu-minggu. Pendek kata baik raja dzalim maupun raja adil memerintahkan perdana mentrinya untuk mencari tabib untuk kesembuhan penyakitnya. Setelah berpuluh-uluh tabib mencoba menyembuhkan kedua raja ini maka datanglah seorang tabib yang tak lain adalah maliakat yang diperintahkan oleh tuhan yang dapat menyembuhkan kedua raja ini.

Tabib memberitakan kepada raja dzalim bahwa penyakitnya dapat disembuhkan hanya dengan memakan buah obat yang hanya ada ditengah hutan belantara. Kemudian sang tabib juga memberitakan bahwa raja adil juga hanya dapat disembuhkan dengan memakan ikan obat yang hanya ada ditengah laut lepas.

Dan kedua raja ini pun memerintahkan untuk mencari obat yang diberitakan oleh tabib tersebut.

Para pengawal raja dzalim segera bergegas mencari buah obat kedalam hutan, hanya dalam hitungan menit para pengawal raja dzalim dengan mudah telah berhasil menemukan buah obat tersebut. Dan segera raja dzalim memakan buah obat tersebut, alhasil raja dzalim sembuh dari sakitnya.

Sementara para pengawal raja adil telah berhari-hari mencari ikan obat namun tidak juga ketemu, sehingga penyakit raja adil bertambah parah,. Dikabarkan raja adil sudah tidak kuat lagi menahan penyakitnya namun para pengawal belum juga menemukan ikan obat yang dimaksud, hingga suatu hari raja adil meninggal dunia dan ikan obat yang dimaksud belum ditemukan.

Diatas langit para malaikat terheran-heran dengan kejadian ini dan mereka bertany kepada Tuhan “ya Tuhan kenapa Engkau mudahkan jalan raja dzalim dalam menemukan obat untuk penyakitnya padahal dia adalah seorang raja yang dzalim terhadap rakyatnya, sementara raja adil Kau persulit jalannya dalam menyembuhkan penyakitny padahal dia sesalu berbuat baik kepada rakayatnya”

Tuhan hanya menjawab “suatu ketika dahulu raja dzalim pernah berbuat baik sekali dalam hidupnya dan raja adil pernah berbuat curang sekali dalam hidupnya, maka impas sudah perbuatan baik raja dzalim telah Ku bayar dengan kesembuhan penyakitnya dan kecurangan raja adil telah dibalas dengan kesukaran mencari obatanya sehingga di akhirat nanti raja adil dapat dengan mudah manjalani perhitungannya”.

Thursday, May 15, 2008

100 tahun Kebangkitan Nasional




Kebangkitan nasional adalah masa bangkitnya semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan 350 tahun. Masa ini diawali dengan dua peristiwa penting Boedi Oetomo (1908) dan Sumpah Pemuda (1928). Masa ini merupakan salah satu dampak politik etis yang mulai diperjuangkan sejak masa Multatuli.

Tokoh-tokoh kebangkitan nasional, antara lain: Sutomo, Gunawan, dan Tjipto Mangunkusumo, dr. Tjipto Mangunkusumo, Suwardi Suryoningrat (Ki Hajar Dewantara), dr. Douwes Dekker, dll

Selanjutnya pada 1912 berdirilah partai politik pertama Indische Partij. Pada tahun ini juga Haji Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam (Solo), KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah (Yogyakarta) dan Dwijo Sewoyo dan kawan-kawan mendirikan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera di Magelang.

Suwardi Suryoningrat yang tergabung dalam Komite Boemi Poetera, menulis Als ik eens Nederlander was (Seandainya aku orang Belanda), 20 Juli 1913 yang memprotes keras rencana pemerintah jajahan Belanda merayakan 100 tahun kemerdekaan Belanda di Hindia Belanda. Karena tulisan inilah dr. Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryoningrat dihukum dan diasingkan ke Banda dan Bangka, tetapi “karena boleh memilih”, keduanya dibuang ke Negeri Belanda. Di sana Suwardi justru belajar ilmu pendidikan dan dr. Tjipto karena sakit dipulangkan ke Indonesia.


Era Kebangkitan = No

oleh: era Muslim

Kelahiran organisasi Boedhi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 sesungguhnya amat tidak patut dan tidak pantas diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional, karena organisasi ini mendukung penjajahan Belanda, sama sekali tidak pernah mencita-citakan Indonesia merdeka, a-nasionalis, anti agama, dan bahkan sejumlah tokohnya merupakan anggota Freemasonry Belanda (Vritmejselareen).

Dipilihnya tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional, sesungguhnya merupakan suatu penghinaan terhadap esensi perjuangan merebut kemerdekaan yang diawali oleh tokoh-tokoh Islam yang dilakukan oleh para penguasa sekular. Karena organisasi Syarikat Islam (SI) yang lahir terlebih dahulu dari Boedhi Oetomo (BO), yakni pada tahun 1905, yang jelas-jelas bersifat nasionalis, menentang penjajah Belanda, dan mencita-citakan Indonesia merdeka, tidak dijadikan tonggak kebangkitan nasional.

Mengapa BO yang terang-terangan antek penjajah Belanda, mendukung penjajahan Belanda atas Indonesia, a-nasionalis, tidak pernah mencita-citakan Indonesia merdeka, dan anti-agama malah dianggap sebagai tonggak kebangkitan bangsa? Ini jelas kesalahan yang teramat nyata.

Anehnya, hal ini sama sekali tidak dikritisi oleh tokoh-tokoh Islam kita. Bahkan secara menyedihkan ada sejumlah tokoh Islam dan para Ustadz selebritis yang ikut-ikutan merayakan peringatan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei di berbagai event. Mereka ini sebenarnya telah melakukan sesuatu tanpa memahami esensi di balik hal yang dilakukannya. Rasulullah SAW telah mewajibkan umatnya untuk bersikap: “Ilmu qabla amal” (Ilmu sebelum mengamalkan), yang berarti umat Islam wajib mengetahui duduk-perkara sesuatu hal secara benar sebelum mengerjakannya.

Bahkan Sayyid Quthb di dalam karyanya “Tafsir Baru Atas Realitas” (1996) menyatakan orang-orang yang mengikuti sesuatu tanpa pengetahuan yang cukup adalah sama dengan orang-orang jahiliyah, walau orang itu mungkin seorang ustadz bahkan profesor. Jangan sampai kita “Fa Innahu Minhum” (kita menjadi golongan mereka) terhadap kejahiliyahan.

Agar kita tidak terperosok berkali-kali ke dalam lubang yang sama, sesuatu yang bahkan tidak pernah dilakukan seekor keledai sekali pun, ada baiknya kita memahami siapa sebenarnya Boedhi Oetomo itu.

Pendukung Penjajahan Belanda

Akhir Februari 2003, sebuah amplop besar pagi-pagi telah tergeletak di atas meja kerja penulis. Pengirimnya KH. Firdaus AN, mantan Ketua Majelis Syuro Syarikat Islam kelahiran Maninjau tahun 1924. Di dalam amplop coklat itu, tersembul sebuah buku berjudul “Syarikat Islam Bukan Budi Utomo: Meluruskan Sejarah Pergerakan Bangsa” karya si pengirim. Di halaman pertama, KH. Firdaus AN menulis: “Hadiah kenang-kenangan untuk Ananda Rizki Ridyasmara dari Penulis, Semoga Bermanfaat!” Di bawah tanda tangan beliau tercantum tanggal 20. 2. 2003.

KH. Firdaus AN telah meninggalkan kita untuk selama-lamanya. Namun pertemuan-pertemuan dengan beliau, berbagai diskusi dan obrolan ringan antara penulis dengan beliau, masih terbayang jelas seolah baru kemarin terjadi. Selain topik pengkhianatan the founding-fathers bangsa ini yang berakibat dihilangkannya tujuh buah kata dalam Mukadimmah UUD 1945, topik diskusi lainnya yang sangat konsern beliau bahas adalah tentang Boedhi Oetomo.

“BO tidak memiliki andil sedikit pun untuk perjuangan kemerdekan, karena mereka para pegawai negeri yang digaji Belanda untuk mempertahankan penjajahan yang dilakukan tuannya atas Indonesia. Dan BO tidak pula turut serta mengantarkan bangsa ini ke pintu gerbang kemedekaan, karena telah bubar pada tahun 1935. BO adalah organisasi sempit, lokal dan etnis, di mana hanya orang Jawa dan Madura elit yang boleh menjadi anggotanya. Orang Betawi saja tidak boleh menjadi anggotanya, ” tegas KH. Firdaus AN.

BO didirikan di Jakarta tanggal 20 Mei 1908 atas prakarsa para mahasiswa kedokteran STOVIA, Soetomo dan kawan-kawan. Perkumpulan ini dipimpin oleh para ambtenaar, yakni para pegawai negeri yang setia terhadap pemerintah kolonial Belanda. BO pertama kali diketuai oleh Raden T. Tirtokusumo, Bupati Karanganyar kepercayaan Belanda, yang memimpin hingga tahun 1911. Kemudian dia diganti oleh Pangeran Aryo Notodirodjo dari Keraton Paku Alam Yogyakarta yang digaji oleh Belanda dan sangat setia dan patuh pada induk semangnya.

Di dalam rapat-rapat perkumpulan dan bahkan di dalam penyusunan anggaran dasar organisasi, BO menggunakan bahasa Belanda, bukan bahasa Indonesia. “Tidak pernah sekali pun rapat BO membahas tentang kesadaran berbangsa dan bernegara yang merdeka. Mereka ini hanya membahas bagaimana memperbaiki taraf hidup orang-orang Jawa dan Madura di bawah pemerintahan Ratu Belanda, memperbaiki nasib golongannya sendiri, dan menjelek-jelekkan Islam yang dianggapnya sebagai batu sandungan bagi upaya mereka, ” papar KH. Firdaus AN.

Di dalam Pasal 2 Anggaran Dasar BO tertulis “Tujuan organisasi untuk menggalang kerjasama guna memajukan tanah dan bangsa Jawa dan Madura secara harmonis. ” Inilah tujuan BO, bersifat Jawa-Madura sentris, sama sekali bukan kebangsaan.

Noto Soeroto, salah seorang tokoh BO, di dalam satu pidatonya tentang Gedachten van Kartini alsrichtsnoer voor de Indische Vereniging berkata: “Agama Islam merupakan batu karang yang sangat berbahaya... Sebab itu soal agama harus disingkirkan, agar perahu kita tidak karam dalam gelombang kesulitan. ”

Sebuah artikel di “Suara Umum”, sebuah media massa milik BO di bawah asuhan Dr. Soetomo terbitan Surabaya, dikutip oleh A. Hassan di dalam Majalah “Al-Lisan” terdapat tulisan yang antara lain berbunyi, “Digul lebih utama daripada Makkah”, “Buanglah Ka’bah dan jadikanlah Demak itu Kamu Punya Kiblat!” (M. S) Al-Lisan nomor 24, 1938.

Karena sifatnya yang tunduk pada pemerintahan kolonial Belanda, maka tidak ada satu pun anggota BO yang ditangkap dan dipenjarakan oleh Belanda. Arah perjuangan BO yang sama sekali tidak berasas kebangsaan, melainkan chauvinisme sempit sebatas memperjuangkan Jawa dan Madura saja telah mengecewakan dua tokoh besar BO sendiri, yakni Dr. Soetomo dan Dr. Cipto Mangunkusumo, sehingga keduanya hengkang dari BO.

Bukan itu saja, di belakang BO pun terdapat fakta yang mencengangkan. Ketua pertama BO yakni Raden Adipati Tirtokusumo, Bupati Karanganyar, ternyata adalah seorang anggota Freemasonry. Dia aktif di Loge Mataram sejak tahun 1895.

Sekretaris BO (1916), Boediardjo, juga seorang Mason yang mendirikan cabangnya sendiri yang dinamakan Mason Boediardjo. Hal ini dikemukakan dalam buku “Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962” (Dr. Th. Stevens), sebuah buku yang dicetak terbatas dan hanya diperuntukan bagi anggota Mason Indonesia.






MEMBANGKITKAN KEMBALI BANGSA
DENGAN JIWA BESAR BUNG KARNO

Oleh :A. Umar Said

Renungan dan catatan tentang BUNG KARNO (10)
Sekedar sumbangan dalam menyongsong Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei (2001)

Ada satu hal yang sudah selama puluhan tahun tidak menjadi pemikiran banyak orang, yaitu gejala bahwa Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei sudah tidak lagi diperingati secara khidmat atau selayaknya sebagai peristiwa yang penting dalam sejarah bangsa. Bagi mereka yang masih ingat kepada masa di bawah kepemimpinan Bung Karno, maka terasa sekalilah betapa besar bedanya antara peringatan Hari Kebangkitan Nasional sebelum 1965 dengan yang diselenggarakan selama Orde Baru. Peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang diselenggarakan sampai 1965 selalu sarat dengan dikobarkannya semangat untuk menghormati jasa-jasa para perintis kemerdekaan, semangat untuk mempersatukan bangsa, semangat untuk bersama-sama meneruskan revolusi menuju masyarakat adil dan makmur. “Api” kebangkitan bangsa ini terasa menyala-nyala dalam kesempatan semacam itu.

Sayang sekali, bahwa justru “api” inilah yang selama Orde Baru menjadi terasa pudar, redup atau “loyo”. Maka, adalah menarik (dan penting) bagi kita semua untuk merenungkan mengapa timbul gejala-gejala semacam itu. Memang, selama Orde Baru ada juga berbagai peristiwa bersejarah (antara lain : Hari Pahlawan 10 November, peringatan 17 Agustus, hari Sumpah Pemuda, hari lahirnya Pancasila, Hari Kartini dll) yang diperingati. Namun, apakah peringatan-peringatan itu bisa menyentuh jiwa banyak orang sebagai pendidikan moral dan politik? Dan, apakah peringatan-peringatan itu diselenggarakan oleh orang-orang yang betul-betul menghayati pentingnya peristiwa-peristiwa bersejarah itu ? Atau, apakah peristiwa itu diadakan sekadar sebagai upacara ritual yang “mengambang”, yang tidak berbobot, yang dangkal, dan yang sama sekali tidak berisi pesan-pesan yang berarti?

Semua soal tersebut di atas patut kita telaah. Barangkali, para pakar ilmu sejarah, pakar ilmu politik, dan pakar lainnya, dapat memberikan sumbangan untuk meneliti mengapa selama 32 tahun Orde Baru masalah-masalah sejarah perjuangan bangsa, masalah revolusi 45, masalah pendidikan moral dan pendidikan politik terasa sebagai terabaikan atau terbelakang sekali.

BUNG KARNO ADALAH DILEMMA BAGI ORDE BARU

Kalau kita telusuri dengan cermat, maka akan nyatalah bahwa masa Orde Baru yang puluhan tahun adalah periode panjang yang “mandul” dalam hal pendidikan moral bangsa, “gersang” dalam hal pendidikan politik bangsa, atau “steril” dalam hal pendidikan tentang pengabdian kepada kepentingan rakyat. Dengan dalih mengutamakan pembangunan, maka pendidikan politik telah digencet selama puluhan tahun. Kasarnya, Orde Baru adalah suatu sitem politik yang takut kepada kesadaran politik rakyat. Yang pernah dilakukan oleh Orde Baru adalah indoktrinasi politik secara otoriter dan juga salah arah, yang justru mematikan kehidupan politik yang demokratis atau kerakyatan.

Dari sudut inilah kita bisa mengerti mengapa selama puluhan tahun Orde Baru telah berusaha menghilangkan peran Bung Karno dari sejarah bangsa. Dan di sini pulalah letak dilemma yang dihadapi oleh Orde Baru. Sebab, seandainya tokoh-tokoh Orde Baru mau berbicara tentang sejarah (yang benar) tentang perjuangan bangsa, maka terpaksalah mereka juga berbicara tentang peran dan ketokohan Bung Karno. Sedangkan, bagi Orde Baru, berbicara tentang ketokohan Bung Karno (yang sebenarnya!) adalah merugikan. Sebab, Bung Karno adalah musuh Orde Baru. Sejarah (yang sebenarnya) tentang latar belakang penggulingan kekuasaan Bung Karno oleh para pendiri Orde Baru/GOLKAR adalah sesuatu yang tidak bisa dibangga-banggakan oleh mereka, bahkan telah ditutup-tutupi, atau diputar-balikkan (tentang soal ini ada catatan tersendiri).

Oleh karena itu, seperti yang kita saksikan selama puluhan tahun, Orde Baru telah menempuh berbagai cara untuk “memperkecil” peran dan ketokohan Bung Karno dalam sejarah perjuangan bangsa, atau “merusak”-nya sama sekali. Antara lain dengan menyebarkan isyu tentang keterlibatannya dalam G30S, atau mengecam kedekatannya dengan PKI. Orde Baru juga menciptakan suasana sehingga para pejabat atau tokoh-tokoh masyarakat tidak berbicara atau menyinggung nama Bung Karno dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat publik. Karena itu, selama puluhan tahun, banyak orang yang takut atau segan, atau tidak mau menyinggung nama Bung Karno, ketika mereka berbicara tentang sejarah perjuangan melawan kolonialisme Belanda atau ketika bicara tentang revolusi 45.

Sekadar sebagai contoh : adalah suatu hal yang menarik, kalau di kemudian hari bisa diadakan penelitian tentang pidato-pidato Suharto selama 30 tahun menjabat sebagai presiden. Berapa kalikah selama itu ia pernah bicara tentang sejarah kebangkitan nasional, tentang perjuangan menentang imperialisme dan kolonialisme, tentang peran sejarah Bung Karno, tentang revolusi 45, tentang lahirnya Pancasila?

BUNG KARNO ADALAH PROMOTOR KEBANGKITAN BANGSA

Dalam memperingati Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei, mau tidak mau kita harus mengingat kembali perjalanan sejarah bangsa kita, yang dimulai dengan lahirnya gerakan nasionalis pertama Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908, hampir seratus tahun yang lalu. Pergerakan nasional ini dipimpin oleh Dokter Soetomo di Jakarta. Dengan dorongan dilahirkannya Boedi Oetomo ini, kemudian lahirlah di Surabaya dalam tahun 1912 Sarekat Islam di bawah pimpinan Haji O.S. Tjokroaminoto bersama Haji Agus Salim dan Abdul Muis. Sarekat Islam kemudian pecah menjadi SI merah dan SI putih. Dalam tahun 1912 itu lahir pula satu gerakan politik yang amat penting, yaitu Indische Partij yang dimpimpin oleh Douwes Dekker (Dr. Setiabudhi), R.M. Suwardi Suryaningrat dan Dr. Tjipto Mangunkusumo. Tahun 1913, partai ini dilarang oleh pemerintah kolonial Belanda dan pemimpin-pemimpinnya ditangkapi dan kemudian dibuang dalam pengasingan.

Sebagai buntut perkembangan ini, maka pada tahun 1914 lahir di Semarang satu organisasi berfaham kiri (komunis), yaitu Indische Sociaal Demokratische Vereeniging (ISDV) di bawah pimpinan Sneevliet dan Semaun. Dalam tahun 1920 (23 Mei) ISDV ini telah berobah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI), dengan pimpinan Semaun juga. Dalam perjuangan melawan kolonialisme Belanda, PKI telah mencetuskan pembrontakan di Banten, Jakarta dan Yogyakarta dalam tahun 1926, dan kemudian juga di Sumatera Barat dalam tahun 1927. Setelah pembrontakan itu ditindas oleh pemerintahan kolonial Belanda, maka ribuan pimpinan dan anggota PKI ditangkapi, dan kemudian dibuang dalam pengasingan di Tanah Merah (Digul).

Perjuangan besar PKI melawan Belanda ini, setelah mengalami penindasan hebat sekali, telah diteruskan oleh Ir Soekarno dengan mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927. Pimpinan PNI waktu adalah Dr. Tjipto Mangunkusumo, Mr Sartono, Mr Iskaq Tjokrohadisuryo dan Mr Sunaryo. Bung Karno, yang ketika masih mahasiswa di Bandung dan berumur 22 tahun sudah menghadiri Kongres PKI, kemudian terus berkembang menjadi seorang pemimpin gerakan nasionalis yang Muslim dan yang berhaluan kiri. (Sekedar untuk menyegarkan lagi ingatan kita bersama : dalam tahun 1926 ia sudah menulis untuk majalah Suluh Indonesia artikel tentang pentingnya persatuan perjuangan antara pergerakan politik yang beraliran nasionalisme, agama dan marxis).

Dengan menelusuri perkembangan berbegai gerakan nasional melawan kolonialisme Belanda sejak lahirnya Boedi Oetomo dalam tahun 1908 sampai 1965, maka nampak nyatalah bahwa Bung Karno adalah promotor atau penerus gerakan kebangkitan nasional. Bukan itu saja. Dari apa yang sudah diperjuangkannya sejak tahun 20-an sampai ia menjabat kepala negara, jelaslah kiranya bahwa Bung Karno telah muncul sebagai pemimpin besar kebangkitan bangsa. Gagasan-gagasan besarnya tentang kebangkitan bangsa ini telah dituangkannya dalam tindakan-tindakannya, dalam tulisan-tulisannya, dalam pidato-pidatonya, singkatnya : dalam perjalanan hidupnya. Kebangkitan bangsa adalah idam-idaman Bung Karno, menuju persatuan dan kerukunan bangsa demi memperjuangkan tercapainya masyarakat adil dan makmur.

GERAKAN KEBANGKITAN NASIONAL ADALAH KIRI

Dalam konteks perkembangan sejarah perjuangan melawan kolonialisme, gerakan-gerakan seperti Boedi Oetomo, Perhimpunan Indonesia (PI) di Nederland, Sarekat Islam, PKI, PNI, Partindo, GAPI, Gerindo dan lain-lainnya, bolehlah kiranya dikatakan bahwa semua gerakan itu berhaluan kiri, atau, setidak-tidaknya memiliki aspek-aspek kiri. Sebab, dalam sejarah modern dunia atau literatur politik dunia, kata “kiri” disebut untuk mengungkapkan fikiran, sikap atau kegiatan yang menghendaki, antara lain : adanya perobahan dalam masyarakat untuk memperjuangkan keadilan sosial, melawan penindasan atau pemerasan terhadap rakyat banyak, melawan kediktatoran modal atau melawan kekuasaan sewenang-wenang segolongan orang atau suatu kekuasaan politik. Dalam konteks perjuangan melawan kolonialisme Belanda, gerakan yang secara tegas atau radikal melawan Belanda waktu itu telah digolongkan kiri. Gerakan kiri ini juga termanifestasikan dalam sikap “non-koperasi” (tidak mau kerjasama) dengan pemerintahan kolonial.

Dengan pengertian itu maka bisa dilihat bahwa perjuangan nasional melawan kolonialisme Belanda yang dipimpin oleh Bung Karno sejak tahun 1927 adalah gerakan kiri. Oleh karena itu pulalah Bung Karno (bersama-sama kawan-kawannya yang lain) dianggap berbahaya oleh pemerintah Belanda, dan kemudian harus ditangkap, diadili, dipenjarakan dan kemudian dibuang dalam pengasingan. Demikian juga halnya dengan PNI, yang karena dianggap berbahaya maka dinyatakan sebagai partai terlarang, dan harus dibubarkan.

Oleh karenanya, dalam perjuangan bangsa Indonesia melawan kolonialisme Belanda kata “kiri” mempunyai arti yang terhormat di kalangan kaum pergerakan. Ini berlainan dengan kata “kanan” yang mempunyai konotasi yang negatif (umpamanya konotasi : sikap tidak tegas, sikap penakut, plintat-plintut, sikap “lunak” atau condong “kompromi”, bahkan ketaklukan atau pengkhianatan). Wajarlah kalau, pada waktu itu, para ambtenaar “inlander” (orang-orang Indonesia yang bekerja-sama dengan pemerintah kolonial Belanda) menganggap orang-orang kiri sebagai orang-orang yang jahat.

Pengertian yang sama juga bisa ditrapkan kepada peristiwa bersejarah lainnya, yaitu pembrontakan PKI tahun 1926. Bagi mereka yang berjuang melawan kolonialisme Belanda, peristiwa ini mendapat tempat yang terhormat dalam hati. Sebab, ini adalah manifestasi gerakan kiri yang menonjol, yang kemudian telah memberikan inspirasi bagi kelanjutan perjuangan bangsa selanjutnya. Pembrontakan PKI tahun adalah bagian penting dari sejarah kebangkitan nasional, dan telah memberikan sumbangan penting pula kepada kebangkitan bangsa.

Dalam rangka memperingati HUT ke-100 Bung Karno patutlah kiranya sama-sama kita ingat bahwa Bung Karno mempunyai peran sejarah yang penting dalam meneruskan, mengembangkan dan memimpin kebangkitan nasional yang dimulai 20 Mei 1908. Buku “Dibawah Bendera Revolusi” jilid pertama dan kedua, serta pidato-pidatonya yang lain, memantulkan dengan jelas gambaran betapa “gandrung”-nya (cinta-besarnya) kepada kebangkitan bangsa.

Sebaliknya, mohon sama-sama kita renungkan, betapa sedihnya bagi bangsa kita (termasuk bagi generasi yang akan datang) bahwa sejarah kebangkitan bangsa yang dipimpin oleh Bung Karno ini, telah secara besar-besaran dan juga dalam jangka lama, mengalami “de-politisasi”, atau “de-sukarnoisasi” atau “de-revolusi”. Mohon juga sama-sama kita tafakurkan, betapa sedihnya bahwa selama puluhan tahun ini Hari Kebangkitan Nasional ini telah diperingati secara hambar, secara dangkal, secara palsu, atau secara kosong-jiwa. Ini tidak hanya di Jakarta saja, melainkan juga di daerah-daerah atau di kota-kota kecil. Juga betapa sayangnya, bahwa tidak banyak tulisan-tulisan dalam media pers, yang berani (atau yang mau!) mengangkat peran sejarah Bung Karno yang cukup penting sebagai penerus atau pendorong kebangkitan bangsa. Dalam hal ini, dosa para pendukung setia Orde Baru adalah besar sekali.

BUNG KARNO YANG “KIRI” DIMUSUHI ORDE BARU

Dari sejarah penggulingan Bung Karno oleh para pendiri Orde Baru/GOLKAR, yang latar-belakangnya mulai terbuka sedikit demi sedikit, maka jelaslah bahwa ia telah dihancurkan oleh kekuatan-kekuatan tertentu dalamnegeri (dan sekaligus juga oleh kekuatan-kekuatan luarnegeri) disebabkan oleh pendirian politiknya, gagasan-gagasannya dan cara berfikirnya. Dalam berbagai kesempatan, sejak umur 25 tahun, ia menyatakan bahwa ia adalah seorang nasionalis, yang sekaligus juga seorang penganut agama Islam, dan yang menggunakan metode berfikir marxis dalam memandang berbagai persoalan masyarakat dan bangsa.

Pendiriannya atau cara berfikirnya inilah yang telah membikin Bung Karno menjadi tokoh besar sejak ia menulis dalam Suluh Indonesia (1926) tentang gagasannya yang kemudian menjadi konsep NASAKOM di kemudian hari, sejak ia mengucapkan pidatonya yang bersejarah “Indonesia Menggugat”, sejak ia mendorong lahirnya Sumpah Pemuda (1928). Pendiriannya atau cara berfikirnya inilah yang menyebabkan ia dipenjara dan kemudian dibuang dalam pengasingan. Pendiriannya atau cara berfikirnya ini pulalah yang telah melahirkan Pancasila, yang melahirkan Konferensi Bandung, yang membikin terdengarnya pidatonya “To Build The World Anew” di PBB, yang menyerukan “Go to Hell With Your Aid” kepada AS, yang melahirkan Dekon (Deklarasi Ekonomi), yang melahirkan Manipol. Juga, pendiriannya atau cara berfikirnya inilah yang mengucapkan pidatonya “Yo sanak yo kadang, malah yen mati aku sing kelangan” (Ya saudara, ya keluarga, kalau mati saya ikut kehilangan) di depan resepsi Kongres ke-6 PKI (1959) di Jakarta.

Bagi pengamat sejarah atau pengamat politik, atau siapa saja yang menaruh minat kepada sejarah perjuangan Bung Karno ada satu hal yang menarik tentang gandrungnya atau komitmennya yang besar kepada kebangkitan bangsa Indonesia. Dalam setiap pidato “17 Agustus”-nya sejak 1958 sampai 1965, Bung Karno makin lama makin banyak menyebut “revolusi”, “perjoangan” atau “revolusioner”. Mungkin dalam sejarah modern dunia, jarang ada kepala negara atau pemimpin bangsa yang berbicara soal pentingnya revolusi sesering yang dibicarakan oleh Bung Karno. (sekadar perbandingan : Kemal Attaturk? Gamal Abdul Nasser? Jawaharlal Nehru? Mao Tse-tung? Dr. Kwame Nkrumah? ).

Yang berikut adalah ajakan penulis kepada para pembaca untuk mencoba bersama-sama menjabarkan satu gejala yang unik. Yaitu ke-“unik”-an Bung Karno dalam usahanya untuk terus-menerus membangkitkan bangsa, seperti yang tercermin dalam pidato kenegaraannya 17 Agustus 1964, yang terkenal dengan judul TAVIP (Tahun Vivere Pericoloso, atau “Hidup Menyerempet-rempet Bahaya”). Dalam pidatonya yang cukup panjang itu, Bung Karno telah mengucapkan kata-kata : “revolusi” lebih dari 140 kali, “revolusioner” lebih dari 30 kali, “rakyat” lebih dari 80 kali, “imperialis” lebih dari 30 kali, “perjuangan” lebih dari 20 kali, “Nasakom” lebih dari 7 kali, “buruh“ lebih dari 10 kali, “tani” lebih dari 12 kali.

Kalau direnungkan dalam-dalam, maka memang luarbiasa Bung Karno kita ini ! Dengan membaca kembali pidato TAVIP-nya Bung Karno itu (juga pidato-pidatonya yang lain), maka nyatalah bahwa Bung Karno selalu berusaha membangkitkan bangsa Indonesia, untuk menjadi bangsa yang besar, bangsa yang bersatu dalam kerukunan, yang rukun dalam perbedaan, yang bergotong-royong dalam perjuangan di bawah lambang Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila (yang asli !!!). Ia telah bisa membangkitkan bangsa, sejak muda, dengan konsep-konsep perjuangan yang berjiwa revolusioner kiri.

Bung Karno menjadi tokoh besar, baik dalam tingkat nasional maupun internasional, berkat gagasan-gagasannya yang berjiwa kiri, yang konsekwen mengabdi kepada kepentingan rakyat dan bangsa, yang melawan imperialisme dan neo-kolonialisme beserta kakitangan mereka di dalamnegeri. Karena itulah maka Bung Karno dianggap berbahaya dan telah dijatuhkan oleh para pendiri Orde Baru/GOLKAR dan sekaligus juga oleh kekuatan-kekuatan asing (tentang soal ini ada catatan tersendiri).

Sejak digulingkannya Bung Karno dari kepemimpinan nasional, maka “mandeg”-lah kebangkitan bangsa selama puluhan tahun. Seperti yang bisa disaksikan dewasa ini, apa yang terjadi selama Orde Baru adalah keterpurukan bangsa, kemerosotan moral secara besar-besaran atau kerusakan budi-pekerti yang menyeluruh di segala bidang, terutama di kalangan “elite”, baik yang di eksekutif, legislatif, judikatif, maupun di sebagian kalangan intelektual dan kebudayaan.

Perkembangan kehidupan politik akhir-akhir ini membuktikan dengan jelas bahwa gerakan ekstra-parlementer yang kuat dan besar diperlukan sekali untuk mencegah berkelanjutannya proses pembusukan bangsa. Dari praktek-praktek sebagian terbesar partai-partai politik kelihatan nyata sekali bahwa tidak banyaklah yang bisa diharapkan lagi dari mereka akan adanya perbaikan-perbaikan yang fondamental. Sebagian terbesar para anggota DPR, yang mewakili partai-partai hasil pemilu yang lalu, sudah diragukan oleh banyak orang tentang legitimasi mereka untuk berbicara atas nama rakyat. Sisa-sisa kekuatan Orde Baru masih bercokol di mana-mana.

Dalam situasi yang begini rumit dan parah di segala bidang, yang ditimbulkan oleh kebobrokan sistem politik Orde Baru/GOLKAR selama lebih dari 32 tahun, maka peran gerakan ekstra-parlementer untuk membangkitkan kembali bangsa adalah penting sekali. Adalah menggembirakan bahwa akhir-akhir ini berbagai gerakan mahasiswa, gerakan pemuda, gerakan buruh, gerakan tani, perkumpulan seniman dan budayawan, LSM atau Ornop sudah terus-menerus melancarkan berbagai aksi lewat segala macam cara dan bentuk dan di beraneka bidang.

Dalam memperingati Hari Kebangkitan Nasional yang akan datang, adalah perlu sekali untuk mengenang kembali jasa dan peran Bung Karno dalam membangkitkan bangsa. Jiwa besar Bung Karno dalam terus-menerus membangkitkan bangsa dapat dijadikan sumber inspirasi bagi perjuangan berbagai golongan dewasa ini untuk meneruskan reformasi. Makin terasa sekalilah, sekarang ini, bahwa suara Bung Karno perlu didengar lagi oleh sebanyak mungkin orang.


Wajah Pendidikan Indonesia Terkini


Saat ini, indonesia sedang dilanda krisis multidimensi. Beberapa diantaranya adalah krisis ekonomi yang membuat kemiskinan meraja lela dan krisis akhlak yang menimbulkan kriminalitas. Permasalahan ini diakibatkan oleh lemahnya sistem pendidikan baik dari segi dana, fasilitas, maupun materi. Bila masalah ini tidak dikaji dan dibenahi secara serius, kemajuan negara yang didambakan akan lambat tercapai.

Pendidikan di negara ini perlu dibenahi lagi secara terprogram. Banyak permasalahan yang melanda apspek pendidikan di tanah air ini. Permasalahan itu dianatarnya menyangkut aspek ekonomi (anggaran), kurrikulum (materi dan system), dan atensi pada guru.

Anggaran dana pendidikan kita masih kurang. Pendidikan yang layak hanya mampu membina generasi-generasi tunas bangsa yang berasal dari golongan menengah ke atas. Sementara mereka yang berasal dari strata bawah kurang mendapat perhatian pendidikan yang layak dan terprogram secara terstruktur. Dalam UU Nomor 18 tahun 2006 tentang APBN tahun anggaran 2007 pemerintah hanya mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar Rp 90,10 triliun. Jumlah itu hanya 11,8 persen dari total APBN 2007 yang besarnya mencapai Rp 763,6 triliun. Hal ini bertentangan dengan Pasal 31 ayat 4 UUD RI 1945 yang menyatakan negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN dan APBD. (data 18 Januari 2007). Jika anggaran pendidikan seperti ini, mana mungkin masyarakat yang berpendidikan akan tercipta? Mana mungkin proses kebangkitan bangsa akan berkembang pesat?

Kurrikulum pendidikan sekolah formal lebih banyak menekankan aspek teoritis generalis daripada aplikasi dan spesialisasi. Pendalaman terhadap ilmu pun hanya berkisar pada tataran idealis berdasarkan teori bukan kepada masalah realistis, sehingga pengembangan kreativitas dan keahlian bidang IPTEK berjalan kurang baik. Hal inilah menyebabkan bangsa ini kurang produktif dalam menghasilkan produk-produk teknologi.

Pembinaan akhlak yang berlandaskan pada agama pun masih kurang. Pelajaran agama terkadang hanya dipandang sebagai penambah wawasan tanpa diwujudkan dalam bentuk moral dan akhlakul karimah. Ingatlah pepatah, Knowledge is power but character is more. Ilmu pengetahuan adalah utama, tetapi karakter (moral) lebih utama. Dan moral akan terbentuk bila seseorang memiliki pemahaman agama yang komprehensif. Terasa hampa jika pengetahuan kita luas dan IPTEK maju tapi pribadi kita sempit, egois, dan jauh dari etika moral yang mulia. Adalah kewajiban kita membentuk karakteristik ilmu padi. Semakin tumbuh tinggi, semakin merunduk. Semakin tinggi pengetahuan semakin rendah hati dan menjadi teladan bagi masyarakat baik dalam segi pemikiran maupun tindakan. Inilah yang kurang terasa pada output pendidikan saat ini.

Permasalahan pendidikan lain yang terjadi pada masyarakat kita adalah kurangnya atensi dan penghargaan pada guru. Pahalal merekalah tulang punggung peradaban bangsa yang memberantas kebodohan yang melanda masyarakat. Adalah wajib bagi seorang guru untuk mendapat reward yang besar.

Dalam konteks persekolahan guru adalah ujung tombak. Guru memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin proses pembelajaran bisa berlangsung. Mungkin itulah yang menjadi landasan pikiran bagi Ho Chi Min (bapak pendidikan Vietnam) yang mengatakan bahwa, No teacher No education. No education, no economic and social development. Begitu tingginya arti seorang guru bagi pembelajaran bangsa ini.

Bercerminlah pada Jepang. Ketika Hirosima dan Nagasaki dibom oleh tentara sekutu menggunakan bom atom sampai luluh lantah, Sang kaisar Jepang, Hirohito dengan penuh kekhawatiran langsung bertanya kepada pusat informasi. Tahukah anda apa yang dia tanyakan? Kaisar Hirohito bukan menanyakan berapa jumlah tentara, tank, pesawat tempur, kapal perang yang ada atau jumlah aset negara yang tersisa. Tapi yang ia tanyakan adalah berapa jumlah guru yang masih hidup? Luar biasa! Begitu fahamnya pemahaman sang pemimpin akan fungsi guru. Dia tidak khawatir Jepang akan hancur selamanya, karena guru masih banyak yang hidup. Memang tidaklah aneh, hanya dalam waktu yang singkat, Jepang sudah kembali seperti semula sebagai negara maju, berkat memaksimalkan fungsi guru.

Pendidikan indonesia harus segera dibenahi dan mendapat perhatian yang besar. Karena pendidikan adalah tonggak akselerasi kebangkitan nasional di era globalisasi ini. Kerja sama, analisa, dan dialog solutif perlu dilaksanakan oleh pemerintah dengan para pakar pendidikan, guru, scientist, ulama, dan pengusaha. Dengan usaha itu diharapkan permasalahan pendidikan (dana, kurrikulum dan sistem serta atensi pada SDM pendidikan) akan terpecahkan secara terprogram dan terstruktur. Jika hal ini berhasil, tidaklah mustahil kita, bangsa Indonesia akan mampu menjadi negara maju minimal sejajar dengan negara-negara barat. (Aep Saepudin)


Al Muhaimin



YANG MAHA MEMELIHARA


"Dialah Allah yang Maha tiada Tuhan sekain Dia,Yang Maha Raja,Yang Maha Suci,Ynag Maha Sejahtera,Yang Maha Terpercaya,Yang Maha Memelihara,Yang Maha Perkasa,Yang Maha Berkhendak,Yang MAha Megah Pemilik Segala Keagungan ,Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan " ( QS Al Hasyr:23)

SEBAIK-BAIK kita memelihara sesuatu ,tentu ada lengahnya.Sekuat-kuat manusia menjaga sesuatu,tentu ada lemahnya.Sesayang apapun orangtua pada anaknya,kasih sayang Allah pada mahluknya jauh lebih sempurna.Jika kasih sayang orang rua pada anaknya,kadang bisa membuat lemah.Tapi kasih sayang Allah pada hamba-Nya,tentu akan membuatnya lebih kuat dan tegar

Karena Dia adalah Maha Pelindung dan Penjaga.Dia memelihara seluruh makhluknya.Yang terbang di langit,yang melata di bumi,yang menyelam dan berenagng di Air,bahkan yang terbenam didalam tanah.Tak satu pun yang luput dari pemeliharaan - Nya.Sebab dia adalah AL-MUHAIMIN = YANG MAHA MEMELIHARA.

Tak satupun dari hamba-Nya yang tak mendapatkan rezeki dari-Nya ,dan tak satupun dari makhluk-Nya yang tak mendapat karunia-Nya ;karena Dia MahaMemelihara.

Jika kita tak mampu memelihara sesuatu,sebutla nama-Nya,karena Dia Al - Muhaimin dan tak ada yang lebih baik dari-Nya dalam Memelihara.Jika kita tak sanggup mengatasi sesuatu ,dzikirkan nama-Nya,maka atas izin-Nya tak ada yang tak mampu terlaksana.

Dia yang menciptakan seluruh alam semesta ini,Dia pula yang menghidupkan dan membinasanakn semua makhluk di muka bumi ini.Dia pula yang menjaga,memelihara ,melindungi .

Betapa ruginya bila manusia melupakan-Nya,betapa ruginya manusia bila tak melibatkan-Nya dalam segala macam urusan.Sebab Dia lah awal,dan semua akan berakhir kepada-Nya.

Perbanyakanlah dzikkrullah wahai umat manusia...ALLLAHU AKBAR

from : Rubrik Asmaul Husna
SABILI EDISI 22 TH.XV


Thursday, May 8, 2008

Bill Gates MAna Janjimu



Jakarta
- Bos Microsoft Bill Gates akan berkunjung ke Indonesia 8-9 Mei 2008. Dalam kunjungan perdananya itu, Bill Gates akan memberikan presentasi mengenai Next Digital Decade (dunia digital dekade mendatang).

Kepastian kunjungan Bill Gates ini disampaikan dalam jumpa pers bersama yang digelar di Financial Club, Graha Niaga, Jl. Sudirman, Jakarta, Selasa (6/5/2008) malam. Jumpa pers bersama ini digelar oleh Menko Kesra Aburizal Bakrie, Menteri Perdagangan Mari E Pangestu, Presiden Direktur Microsoft Indonesia Tony Chen dan Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Investasi Perhubungan, Informatika, Telekomunikasi dan Pariwisata Chris Kanter.

Dalam kunjungannya selama dua hari, Bill Gates akan menghadiri dua acara besar, yaitu Government Leaders Forum (GLF) dan Presidential Lecture. Menurut Aburizal, kegiatan GLF yang diikuti sekitar 250 wakil-wakil dari pemerintahan di Asia Pasifik akan membahas tiga agenda: pendidikan, kesehatan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Ketiga hal tersebut mengalami perubahan yang mendasar karena adanya kekuatan transformasi dari teknologi informasi.

GLF Asia 2008 merupakan acara tahunan Microsoft untuk kawasan Asia Pasifik yang bertujuan memfasilitasi para pemimpin di kawasan ini untuk dapat bertukar pikiran dan membahas isu-isu yang berkaitan dengan peran Asia Pasifik di masa depan, khususnya di bidang teknologi dan informasi dalam peranannya dalam mendukung keberhasilan pembangunan. Kali ini Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan antar negara yang mengusung tema "Serving the Citizen: the Transformative Power of Information Technology in Delivering Government Services".

Sementara acara Presidential Lecture yang diselenggarakan oleh Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), akan dihadiri sekitar 2.500 undangan. Mereka terdiri dari wakil pemerintah, LSM, swasta, media, akademisi dan mahasiswa. Bill Gates dan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono akan tampil sebagai pembicara.

Materi yang akan disampaikan oleh Bill Gates, menurut Tony Chen, seputar apa saja yang akan terjadi di dunia digital di dekade akan datang. Sedangkan Menteri Perdagangan Mari E Pangestu berharap kunjungan Bill Gates berdampak positif pada kontribusi TI terhadap ekonomi Indonesia.

Indonesia Ku

Diharian surat kabar tempo dikabarkan Bill Gates akan berkunjung ke Indonesia bulan Mei ini, tepatnya kamis lusa ini. Kedatangannya kali ini untuk memberikan ceramah dalam acara Government Leaders Forum (GLF) se-Asia Pasifik.

Selain itu BG juga direncanakan bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai balas kunjungan atas lawatan SBY ke Amerika beberapa bulan yang lalu. Menurut Presiden Direktur Microsoft Indonesia Tony Chen, mengatakan bahwa dalam kunjungan BG kali ini akan dalam rangkaian GLF akan membahas beberapa permasalahan yang berkaitan dengan penerapan Teknologi Informasi khususnya dalam hal edukasi, pemeliharaan kesehatan, dan sustainable economic growth.

Nah, ternyata di media online lainnya mengatakan bahwa kedangan BG ke Indonesia ini akan membuat industri TI Indonesia lebih terkenal. Hal ini disampaikan oleh Presiden Direktur IBM Indonesia Suryo Suwignjo, selain itu juga menurut Suryo kedatangan orang nomor satu terkaya di dunia ini bisa berbuah pada sektor industri lainnya.

Hmmm, sejenak terpikir dari dua media tersebut sebenarnya layak-layak saja. Sampai-sampai orang IBM sendiri mendukung hal ini. Sebuah hal positif tentu akan berdampak bagi Indonesia dengan kedatangan BG, namun apakah itu semua bisa mendukung sektor-sektor lain, TI Indonesia saja sampai saat ini bisa kita lihat sendiri (apakah belum terkenal?).

Mungkin berita ini terlalu difokuskan pada sosok atau profile si BG saja, dari dulu Indonesia juga sudah mampu sebenarnya untuk tampil (terkenal) di kancah dunia IT tingkat dunia, tinggal kita saja berperan dalam hal itu semua. Belum lagi UU ITE yang timbul pro dan kontra tak kunjung lerai sampai saat ini.

Yah, cuma dukungan dan harapan saja yang bisa saya berikan. Semoga siapa pun yang mewakili di kampus ini yang bisa mengikuti jumpa pers nanti bisa mendapatkan ilmu terbaru tentang perkembangan IT di Indonesia.





Siswa Malas Belajar Kenapa ??




""""Ada pepatah dulu ,atau ingat waktu kita masih duduk di sekolah dasar di sepanjang koridor kelas selalu terpampang pepatah " Rajin pangkal pandai,malas pangkal bodoh tentunya pepatah ini masih sangat relevan untuk saat ini dan mungkin untuk sampai kapanpun.Dan inilah yang sebagai guru selalu kita pegang teguh,sehingga kita menekankan kepada siswa bahwa setiap siswa kalu mau pinyar ya harus belajar """"

Hal yang mungkin akan sikap kita adalah membenarkan atau tidak membantah "pepatah "tersebut. Akan tetapi tidak bisa dipungkiri ada saat dimana seorang siswa mengalami kemalasan walaupun sebenarnya dia tahu bahwa diaharus rajin belajar mengingat semakin beratnya bobot kurikulum yang dia tempuh.


Kemalasan akibat banyak faktor.

Kemalasan siswa belajar atau sekolah disebabkan oleh banayak faktor.Ada yang disebabkan oleh liburan yang berkepanjangan,suasana sekolah,pribadi guru,cara penyampaian mata ajaran hingga suasana hati siswa itu sendiri.Ironis memang dimana siswa butuh tempat yang memadai untuk belajar agar suasana belajar menjadi kondusif,namun kalo melihat keadaan rumahnya yang hanya 3 x 3 meter dimana didalam rumahnya sudah sumpek dan ruwet hingga suasana yang diharapkan tidak mungkin mendukung..
Sebagai seorang guru dan orang tua bagi siswa kita berkewajiban mencari tahu apa yang sebenarnya sedang dialami oleh siswa.
Memang hal ini memerlukan kerja tambahan bagi kita selaku guru akan tetapi ini akan sangat berguna bagi siswa dan masa depannya.
Dan tentunya cara mengatasi kemalasan tersebut berbeda - beda tergantung penyebab sebenarnya dari kemalasan tersebut,hal ini akan sanagt efektif mengatasi kemalasan tersebut.

Menemukan Cara Memotivasi Siswa

Pada tahun ajaran baru, beberapa sekolah dasar menerima murid-murid baru yang berasal dari bermacam-macam TK dan bermacam-macam kebiasaan di rumah yang selalu terbawa di sekolah. Pada masa ini, kebiasaan-kebiasaan, seperti bermain, mewarnai, dan menebalkan sangat sulit untuk langsung diubah ke tingkat membaca, dikte, menghitung, menulis, dan menghafal. Perubahan tersebut tentu memerlukan waktu. Berapa lamakah waktu yang harus dihabiskan? Jawabnya maksimal 2 bulan, kebiasaan-kebiasaan dari TK harus segera dikembangkan pada kemampuan membaca, menghitung, dan menghafal, karena semakin lama siswa menyesuaikan diri dalam kegiatan belajar mengajar, maka semakin tertinggal dia dalam memahami pelajaran tersebut dan semakin malas dia untuk mengikuti pelajaran.

Beberapa murid ada yang sangat memerlukan motivasi untuk dapat mengikuti pelajaran, karena masih kurangnya kesadaran dalam arti pentingnya belajar. Untuk menjawab persoalan tersebut, tentu memerlukan beberapa metode mengajar yang harus digunakan oleh guru, untuk menyeimbangkan antara anak yang telah mampu mengikuti pelajaran dan perlu perhatian dalam belajar. Dalam pelaksanaannya penggunaan beberapa metode dalam sebuah kegiatan belajar mengajar tidak 100 % berhasil dalam mengatasi persoalan tersebut. Metode-metode tersebut biasanya bertahan pada saat penjelasan materi yang akan disampaikan, namun setelah kegiatan berpindah pada kegiatan pengaplikasian hasil dari apa yang telah diperhatikan dari penjelasan guru, terkadang hasil yang diinginkan tidak maksimal dan diperparah dengan keengganan atau munculnya rasa malas murid untuk menuliskan atau melakukan apa yang guru inginkan.Â

Motivasi terbagi atas dua macam, motivasi dari dalam dan motivasi dari luar. Motivasi dari dalam muncul bila ada pemahaman si anak tentang tujuan dari apa yang akan dicapainya atau sebuah bentuk kesadaran yang timbul dari si anak itu sendiri. Biasanya motivasi ini akan bersifat kekal selama tujuan itu belum tercapai. Sedangkan motivasi dari luar muncul bila ada pancingan dari luar anak untuk melakukan apa yang diinginkan oleh si â€Å“pemancing”. Biasanya motivasi ini tidak bertahan lama, bila umpan-umpan untuk memotivasi masih menarik, maka kegiatan masih tetap berjalan, namun tidak selamanya seorang guru mampu terus mengumpan anak untuk dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itulah meskipun telah digunakan beberapa metode dalam mengajar masih ada anak yang belum mampu mengikuti dengan maksimal pelajaran. Dari kedua motivasi di atas, maka motivasi dari dalam diri siswalah yang perlu dikedepankan.

Dalam beberapa kesempatan saya mencoba beberapa cara untuk memotivasi siswa saya kelas 1 SD, meskipun belum maksimal meningkatkan motivasi siswa, alhamdulillah telah mampu membantu atau meningkatkan motivasi siswa ketika mengalami kejenuhan dalam melakukan tugasnya. Langka-langkah tersebut diantaranya

1.     Menemukan cita-cita anak

Dalam kelas buatlah sebuah tempat untuk anak menuliskan cita-citanya. Agar mudah untuk diperhatikan oleh anak, maka buatlah tempat itu menarik dan terletak pada tempat yang strategis dapat dilihat. Setelah anak-anak diberi kesempatan untuk menuliskan cita-citanya, guru akan mudah untuk mengajak feeling anak pada arti pentingnya belajar. Kegiatan ini dapat dilakukan sebelum memulai kegiatan belajar mengajar. Setelah membaca doa sebelum belajar guru dapat mengajak siswa berkomunikasi tentang cita-cita yang dipilih oleh siswa, dengan harapan si anak sebelum mengikuti kegiatan belajar mengajar motivasi instrinsik telah tertanam pada si anak. Dan pada saat siswa menglami titik jenuh yang tinggi.Â

Sebagai contoh, bila salah seorang anak yang memerlukan perhatian, memilih menjadi seorang dokter. Guru dapat mengatakan kepadanya. â€Å“kamu benar-benar ingin menjadi dokter, kamu tahu dokter itu bagaimana. Seorang dokter harus bisa memutuskan sesuatu tanpa bantuan orang lain, karena bila pada suatu ketika tidak ada orang yang memerlukan bantuannya, sedangkan tidak ada seorangpun yang ada pada saat itu. tentu si pasien terbengkalai dan semakin parah sakitnya”. Contoh lain, bila seorang anak bercita-cita ingin menjadi pilot. Guru dapat mengatakan kepadanya. â€Å“ seorang pilot itu pintar berhitung, dia tidak setiap saat bertanya untuk memperhitungkan, kapan pesawat akan menghindari gunung, berapa kecepatan yang ideal digunakan dan kapan untuk lepas landas, karena keselamatan penumpang ada pada kesiapan si pilot, bila setiap akan melakukan sesuatu dia bertanya, tentu pesawat tersebut dalam keadaan bahaya”.

Pada suatu hari ada salah satu siswa saya yang mengalami tingkat kejenuhan dan kemalasan yang sangat tinggi, tugas yang saya minta untuk dikerjakannya belum satu ia tulis. Sayapun mendekatinya, dan berkata, â€Å“Royhan mau menjadi tentara besar nanti”, dia menjawab â€Å“Iya pak guru”, sayapun berkata â€Å“kok tentara malas nulis, tentara itu selalu semangat, selalu disiplin, tidak ada rasa malas sedikitpun, kalau seorang tentara selalu malas-malasan pada saat perang tentu dia akan cepat ditembak oleh musuh, dan bila Royhan malas-malasan seperti ini tidak akan mungkin bisa jadi tentara, mau menjadi tentara ada tes lo, harus bisa baca, bisa menulis, bisa berhitung dan masih banyak lagi”. Setelah ia mendengar sugesti yang saya sampaikan diapun dapat menyelesaikan tugas tersebut.

2.Bercerita


Cerita adalah sebuah bagian yang mulai terlupakan pada kegiatan belajar mengajar, selain padatnya

materi yang harus disampaikan dan kurangnya penguasaan guru dalam bercerita adalah penyebab tidak digunakan lagi metode ini untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Bercerita adalah sebuah metode yang sangat menarik bagi siswa SD, karena melalui cerita guru dapat memasukkan pesan-pesan yang dapat mengobati sakitnya motivasi siswa. Cerita tentang seorang anak penjual koran yang belajar sambil berjualan, tentang anak yang malas belajar, dan masih banyak lagi bentuk-bentuk cerita bermakna yang dapat kita sampaikan. Tentu timbul pertanyaan. Bagaimana mau meluangkan waktu untuk cerita, waktu untuk mengajarpun sangat sedikit?. Apakah anak akan menerima semua pelajaran bila kondisi anak tidak mau menerima pelajaran tersebut?. pertanyaan ini yang sering terlupakan oleh para guru, sering guru hanya mementingkan program pengajaran telah tercapai, kemampuan penguasaan siswa terabaikan. Alangkah baiknya meskipun waktu belajar terpakai sedikit untuk bercerita, namun anak mampu mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik. Untuk merubah fenomena tersebut tentu sangat dipengaruhi oleh sifat profesional guru tersebut.



Asaku,Masa Depanmu

Terkadang sulit untuk menerapkan apa yang kita bayangkan. Satu sisi kita terobsesi untuk tercapainya maksud kita, disisi lain banyak faktor yang menjadikan sesuatu tidak dapat terwujud dengan sempurna. Tetapi, asal kita yakin akan kebesaranNya, InsyaAllah semua pasti ada jalan.

Tak banyak asa yang kugantung dianganku waktu itu. Profesional hanya itu. Kata yang pendek tetapi cukup dalam artinya dan membutuhkan energi dan kemampuan bersinergi dengan lingkungan yang kuhadapi. Begitu semangatnya aku, sebagai guru yang datang dari lingkungan yang lengkap sarana dan semua bisa diusahakan. Ternyata, asaku untuk sementara harus kugantung lebih tinggi dan haras pelen-pelan kuturunkan. Kenapa?

Pertanyaan yang tidak gampang untuk dijawab. Dengan kondisi intake siswa, sarana yang tidak mendukung, membuatku sedikit terpenta, terhenyak. Apa solusi yang harus kuambil dengan tepat dan cepat.

Berbagai metode mengajar telah kuterapkan dan berbagai model peraga telah kucoba, akhirnya, kondisi siswaku yang pasif, tidak ada mental untuk berbuat dan

kondisi tubuh yang lelah sehabis membantu orang tua bekerja sorenya, maka aku sebagai orang dewasa harus memahami apa keinginan anak-anakku, siswa-siswaku.

Setiap belajar selalu kuselingi dengan sikap menjamah hati siswaku dengan cara memberi peluang untuk bertanya dan senjata utama adalah selaan kecil/ humor yang sifatnya membangun dan membuat suasana belajar tidak terlalu tegang.

Dan yang terpenting tatap muka kuperbanyak diluar ruangan, kadang dipendopo, dihalaman sekolah yang rada-rada becek, dilantai, pokoknya prinsipku anak belajar menemukan sendiri walaupun awalnya agak aneh dimata mereka. Karena pada dasarnya mereka butuh hiburan.

Walau baru 1,5 tahun aku bergabung dengan lembaga pendidikanku, Alhamdulilah, predikat favorit mulai lengket dalam langkah keseharianku. Aku bertekad anak dusun harus sama dengan anak kota masalah prestasi akademik maupun non akademik.

Karena kita lihat kesehariaanya, berhasilnya manusia bukan dinilai dari berhasil diakedemiknya saja dengan nilai raport yang bagus, tetapi yang terpenting adalah sikap/moral yang berabah menjadi lebih baik setelah dia menerima ilmu tersebut.

Salah satu cara memperoleh hasil adalah dengan percaya dengan proses. Aku berusaha untuk mengantar siswaku percaya dengan kemampuannya masing-masing. Kutanamkan, orang akan menghargai kita untuk waktu yang lama apabila kita bersikap dan berbuat baik, walau sekecil apapun, apalagi itu bermafaat bagi orang lain.

Mata pelajaran yang kupegang adalah Geografi. Bayangkan, jika di kota aku dengan mudahnya memutar mutar Globe dan memaparkan Peta segala macam Peta, yah, karena bendanya ada, tapi apa mau dinyana, model bola yang dilukispun jadi

sebagai gantinya dan peta usang cukup membantu. ha...ha...ha… lagi-lagi aku harus

bijak menyikapi kondisi.

Tapi, apa yang kudapat diluar dugaan, dari materi Peta dan Lingkungan Hidup aku mendapatkan bakat-bakat luar biasa. Aku mendapatkan siswa yang berbakat dibidang lukis, Alhamdulillah, sambil menyelam minum sekalian. Di sana

mereka biasa menuangkan apa keinginannya selama ini yang mereka tuangkan di karton, kanvas( dari terigu tentunya).

Hasil akhir untuk menghargai kerjanya, mereka huhadiahi dengan buku-buku tentang lingkungan yang ada hubungannya dengan daerah mereke, dan dapat dipraktekkan dikehidupan sehari-hari.

Berawal dari kegiatan belajar mengajar itulah, dasar orang seni, mulailah sedikit demi sedikit aku menggerakkan pikiranku. Aku mulai dari kegiatan sore hari bagi yang berminat saja, tidak apa, toh mereka sudah datang saja aku bersyukur dan waktunya kucari sesuai dengan kondisi kebutuhan mereka.

Pelan tapi pasti hasil mulai kuperoleh, ternyata bermain sambil belajar itu lebih dapat hasil daripada belajar sambil bermain. Karena didalam bermain itu mereka merasa suka dulu setelah suka akhimya mereka merasa butuh, dan setelah butuh akhirnya menjadi sesuatu yang harus.

Siswa yang mengikuti berbagai ekstra kurikuler temyata hasil akhirnya tidak sebegitu parah amat dibandingkan dengan yang tidak mengikuti sama sekali. Disini malah ada beberapa hal sekaligus yang dia peroleh. Katakan saja nilai disiplin, ketrampilan, dan tentunya motivasi untuk belajar lebih baik dan menghargai orang lain.

Dari semula kegiataannya hanya 2 kegiatan yakni drumband dan MC, sekarang kegiatanku tidak bisa kupegang sendiri. Temam-teman yang se ide dan gampang untuk bekerja kuajak untuk membantu melatih.

Mulai dari tari, teater, musikalisasi puisi, nasyid, hadrah, bahkan paduan suara. Aku patut bersyukur mempunyai banyak teman yang mau membaktikan ketampilannya untuk keberhasilan masa depan siswa-siswi kami. Jika diukur dengan mated kita tidak akan sanggup untuk menghitungnya, tapi kami sadar Ridho Allah yang kami butuhkan sebagai tolak keberhasilan kami.

Aku maksudku kami, sebagai guru tidak akan pernah kaya secara mated, tapi kami kaya akan had. Kami hanya mampu membangun Aasa, Melakoni dan ujungnya, bermanfaat bagi anak didik kami.

Tidak semua manusia sanggup menembus batas kemalasan yang ada pada did kita, jika memang kita lemah diakademik, kita harus sabar masih banyak cara untuk menggugah dan mengusir kemalasan tersebut. Jika kita sudah dipandang orang lain berhasil dan baik pada bidang tertentu, InsyaAllah itu akan menambah percaya did kita apalagi siswa yang memang jauh dari sempurna, untuk bisa belajar dengan lebih baik dibidang akademiknya. Semoga siswa kami yang lain cepat tergugah akan manfaat kita bekerja sama dan saling berbagi untuk tujuan yang positif.

Tapi aku tidak puas begitu saja. Prestasi demi prestasi telah kai peroleh mulai dad kecematan, kabupaten bahkan ada beberapa diantaranya telah kami kirim untuk ikut lomba. Menang bukan menjadi syarat, tapi pengalaman berbuat itu yang harus tetap dihembuskan.

Bahkan diakhir-akhir tahun ajaran, kami jadi sorotan yang positif dad kalangan pengguna jasa kami dan siswa-siswi kami tentunya. Kami sedang giat mempersiapkan did untuk menghadapi berbagai event tapi aku dan teman-teman tetap menomorsatukan akademik, diwaktu yang senggang dan sedikit inilah kita harus kerja keras dan cerdas. Siswaku harus berprestasi tapi juga harus naik kelas dan lulus dengan sempurna.

Tiada lagi kata yang sanggup kuucapkan, selain berjuanglah untuk keberhasilan dirimu sendiri. Tiada peran orang lain yang berarti jika tidak diimbangi dengan kemauan dan kemampuan did sendiri.

‘’Telah kubangun Asaku, sambutlah masa depanmu’’***


Trima Ksih ... Willy31

Wednesday, May 7, 2008

Kinerja Guru





Berikut postingan sesama blogger :

Manajemen Kinerja Guru

Dalam perspektif manajemen, agar kinerja guru dapat selalu ditingkatkan dan mencapai standar tertentu, maka dibutuhkan suatu manajemen kinerja (performance management). Dengan mengacu pada pemikiran Robert Bacal (2001) dalam bukunya Performance Management di bawah ini akan dibicarakan tentang manajemen kinerja guru.

Robert Bacal mengemukakan bahwa manajemen kinerja, sebagai :
… sebuah proses komunikasi yang berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan antara seorang karyawan dan penyelia langsungnya. Proses ini meliputi kegiatan membangun harapan yang jelas serta pemahaman mengenai pekerjaan yang akan dilakukan. Ini merupakan sebuah sistem. Artinya, ia memiliki sejumlah bagian yang semuanya harus diikut sertakan, kalau sistem manajemen kinerja ini hendak memberikan nilai tambah bagi organisasi, manajer dan karyawan.

Dari ungkapan di atas, maka manajemen kinerja guru terutama berkaitan erat dengan tugas kepala sekolah untuk selalu melakukan komunikasi yang berkesinambungan, melalui jalinan kemitraan dengan seluruh guru di sekolahnya. Dalam mengembangkan manajemen kinerja guru, didalamnya harus dapat membangun harapan yang jelas serta pemahaman tentang :
Fungsi kerja esensial yang diharapkan dari para guru.
1.Seberapa besar kontribusi pekerjaan guru bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.melakukan pekerjaan dengan baik”
2.Bagaimana guru dan kepala sekolah bekerja sama untuk mempertahankan, memperbaiki, maupun mengembangkan kinerja guru yang sudah ada sekarang.
3.Bagaimana prestasi kerja akan diukur.
4.Mengenali berbagai hambatan kinerja dan berupaya menyingkirkannya.
Selanjutnya, Robert Bacal mengemukakan pula bahwa dalam manajemen kinerja diantaranya meliputi perencanaan kinerja, komunikasi kinerja yang berkesinambungan dan evaluasi kinerja.
Perencanaan kinerja merupakan suatu proses di mana guru dan kepala sekolah bekerja sama merencanakan apa yang harus dikerjakan guru pada tahun mendatang, menentukan bagaimana kinerja harus diukur, mengenali dan merencanakan cara mengatasi kendala, serta mencapai pemahaman bersama tentang pekerjaan itu.

Komunikasi yang berkesinambungan merupakan proses di mana kepala sekolah dan guru bekerja sama untuk saling berbagi informasi mengenai perkembangan kerja, hambatan dan permasalahan yang mungkin timbul, solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi berbagai masalah, dan bagaimana kepala sekolah dapat membantu guru. Arti pentingnya terletak pada kemampuannya mengidentifikasi dan menanggulangi kesulitan atau persoalan sebelum itu menjadi besar.
Evaluasi kinerja adalah salah satu bagian dari manajemen kinerja, yang merupakan proses di mana kinerja perseorangan dinilai dan dievaluasi. Ini dipakai untuk menjawab pertanyaan, “ Seberapa baikkah kinerja seorang guru pada suatu periode tertentu ?”. Metode apapun yang dipergunakan untuk menilai kinerja, penting sekali bagi kita untuk menghindari dua perangkap. Pertama, tidak mengasumsikan masalah kinerja terjadi secara terpisah satu sama lain, atau “selalu salahnya guru”. Kedua, tiada satu pun taksiran yang dapat memberikan gambaran keseluruhan tentang apa yang terjadi dan mengapa. Penilaian kinerja hanyalah sebuah titik awal bagi diskusi serta diagnosis lebih lanjut.

Sementara itu, Karen Seeker dan Joe B. Wilson (2000) memberikan gambaran tentang proses manajemen kinerja dengan apa yang disebut dengan siklus manajemen kinerja, yang terdiri dari tiga fase yakni perencanaan, pembinaan, dan evaluasi.
Perencanaan merupakan fase pendefinisian dan pembahasan peran, tanggung jawab, dan ekpektasi yang terukur. Perencanaan tadi membawa pada fase pembinaan,– di mana guru dibimbing dan dikembangkan – mendorong atau mengarahkan upaya mereka melalui dukungan, umpan balik, dan penghargaan. Kemudian dalam fase evaluasi, kinerja guru dikaji dan dibandingkan dengan ekspektasi yang telah ditetapkan dalam rencana kinerja. Rencana terus dikembangkan, siklus terus berulang, dan guru, kepala sekolah, dan staf administrasi , serta organisasi terus belajar dan tumbuh.

Setiap fase didasarkan pada masukan dari fase sebelumnya dan menghasilkan keluaran, yang pada gilirannya, menjadi masukan fase berikutnya lagi. Semua dari ketiga fase Siklus Manajemen Kinerja sama pentingnya bagi mutu proses dan ketiganya harus diperlakukan secara berurut. Perencanaan harus dilakukan pertama kali, kemudian diikuti Pembinaan, dan akhirnya Evaluasi.
Dengan tidak bermaksud mengesampingkan arti penting perencanaan kinerja dan pembinaan atau komunikasi kinerja. Di bawah ini akan dipaparkan tentang evaluasi kinerja guru. Bahwa agar kinerja guru dapat ditingkatkan dan memberikan sumbangan yang siginifikan terhadap kinerja sekolah secara keseluruhan maka perlu dilakukan evaluasi terhadap kinerja guru. Dalam hal ini, Ronald T.C. Boyd (2002) mengemukakan bahwa evaluasi kinerja guru didesain untuk melayani dua tujuan, yaitu : (1) untuk mengukur kompetensi guru dan (2) mendukung pengembangan profesional. Sistem evaluasi kinerja guru hendaknya memberikan manfaat sebagai umpan balik untuk memenuhi berbagai kebutuhan di kelas (classroom needs), dan dapat memberikan peluang bagi pengembangan teknik-teknik baru dalam pengajaran, serta mendapatkan konseling dari kepala sekolah, pengawas pendidkan atau guru lainnya untuk membuat berbagai perubahan di dalam kelas.

Untuk mencapai tujuan tersebut, seorang evaluator (baca: kepala sekolah atau pengawas sekolah) terlebih dahulu harus menyusun prosedur spesifik dan menetapkan standar evaluasi. Penetapan standar hendaknya dikaitkan dengan : (1) keterampilan-keterampilan dalam mengajar; (2) bersifat seobyektif mungkin; (3) komunikasi secara jelas dengan guru sebelum penilaian dilaksanakan dan ditinjau ulang setelah selesai dievaluasi, dan (4) dikaitkan dengan pengembangan profesional guru .

Para evaluator hendaknya mempertimbangkan aspek keragaman keterampilan pengajaran yang dimiliki guru. dan menggunakan berbagai sumber informasi tentang kinerja guru, sehingga dapat memberikan penilaian secara lebih akurat. Beberapa prosedur evaluasi kinerja guru yang dapat digunakan oleh evaluator, diantaranya :
1.Mengobservasi kegiatan kelas (observe classroom activities). Ini merupakan bentuk umum untuk mengumpulkan data dalam menilai kinerja guru. Tujuan observasi kelas adalah untuk memperoleh gambaran secara representatif tentang kinerja guru di dalam kelas. Kendati demikian, untuk memperoleh tujuan ini, evaluator dalam menentukan hasil evaluasi tidak cukup dengan waktu yang relatif sedikit atau hanya satu kelas. Oleh karena itu observasi dapat dilaksanakan secara formal dan direncanakan atau secara informal dan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu sehingga dapat diperoleh informasi yang bernilai (valuable)
2.Meninjau kembali rencana pengajaran dan catatan – catatan dalam kelas. Rencana pengajaran dapat merefleksikan sejauh mana guru dapat memahami tujuan-tujuan pengajaran. Peninjauan catatan-cataan dalam kelas, seperti hasil test dan tugas-tugas merupakan indikator sejauhmana guru dapat mengkaitkan antara perencanaan pengajaran , proses pengajaran dan testing (evaluasi).
3.Memperluas jumlah orang-orang yang terlibat dalam evaluasi. Jika tujuan evaluasi untuk meningkatkan pertumbuhan kinerja guru maka kegiatan evaluasi sebaiknya dapat melibatkan berbagai pihak sebagai evaluator, seperti : siswa, rekan sejawat, dan tenaga administrasi. Bahkan self evaluation akan memberikan perspektif tentang kinerjanya. Namun jika untuk kepentingan pengujian kompetensi, pada umumnya yang bertindak sebagai evaluator adalah kepala sekolah dan pengawas.
Setiap hasil evaluasi seyogyanya dilaporkan. Konferensi pasca-observasi dapat memberikan umpan balik kepada guru tentang kekuatan dan kelemahannya. Dalam hal ini, beberapa hal yang harus diperhatikan oleh evaluator : (1) penyampaian umpan balik dilakukan secara positif dan bijak; (2) penyampaian gagasan dan mendorong untuk terjadinya perubahan pada guru; (3) menjaga derajat formalitas sesuai dengan keperluan untuk mencapai tujuan-tujuan evaluasi; (4) menjaga keseimbangan antara pujian dan kritik; (5) memberikan umpan balik yang bermanfaat secara secukupnya dan tidak berlebihan.

Sumber Bacaan :

Bacal, Robert. 2001. Performance Management. Terj.Surya Darma dan Yanuar Irawan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Boyd, Ronald T. C. 1989. Improving Teacher Evaluations; Practical Assessment, Research& Evaluation”. ERIC Digest. .
Seeker, Karen R. dan Joe B. Wilson. 2000. Planning Succesful Employee Performance (terj. Ramelan). Jakarta : PPM.
*)) Akhmad Sudrajat, M.Pd. adalah staf pengajar pada Program Studi PE-AP FKIP-UNIKU dan Pengawas Sekolah di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan


Kinerja Guru

KINERJA GURU

Guru adalah kondisi yang diposisikan sebagai garda terdepan dan posisi sentral di dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Berkaitan dengan itu, maka guru akan menjadi bahan pembicaraan banyak orang, dan tentunya tidak lain berkaitan dengan kinerja dan totalitas dedikasi dan loyalitas pengabdiannya.

Sorotan tersebut lebih bermuara kepada ketidakmampuan guru didalam pelaksanaan proses pembelajaran, sehingga bermuara kepada menurunnya mutu pendidikan. Kalaupun sorotan itu lebih mengarah kepada sisi-sisi kelemahan pada guru, hal itu tidak sepenuhnya dibebankan kepada guru, dan mungkin ada system yang berlaku, baik sengaja ataupun tidak akan berpengaruh terhadap permasalahan tadi.

Banyak hal yang perlu menjadi bahan pertimbangan kita, bagaimana kinerja guru akan berdampak kepada pendidikan bermutu. Kita melihat sisi lemah dari system pendidikan nasional kita, dengan gonta ganti kurikulum pendidikan, maka secara langsung atau tidak akan berdampak kepada guru itu sendiri. Sehingga perubahan kurikulum dapat menjadi beban psikologis bagi guru, dan mungkin juga akan dapat membuat guru frustasi akibat perubahan tersebut. Hal ini sangat dirasakan oleh guru yang memiliki kemampuan minimal, dan tidak demikian halnya guru professional.

Selain itu, kinerja guru juga sangat ditentukan oleh output atau keluaran dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), sebagai institusi penghasil tenaga guru, LPTK juga memiliki tanggungjawab dalam menciptakan guru berkualitas, dan tentunya suatu ketika berdampak kepada pembentukan SDM berkualitas pula. Oleh sebab itu LPTK juga memiliki andil besar di dalam mempersiapkan guru seperti yang disebutkan diatas, berkualitas, berwawasan serta mampu membentuk SDM mandiri, cerdas, bertanggungjawab dan berkepribadian.

Harapan ke depan, terbentuk sinergi baru dalam lingkungan persekolahan, dan perlu menjadi perhatian adalah terjalinnnya kinerja yang efektif dan efisien disetiap struktur yang ada dipersekolahan. Kinerja terbentuk bilamana masing-masing struktur memiliki tanggungjawab dan memahami akan tugas dan kewajiban masing-masing.

Era reformasi dan desentralisasi pendidikan menyebabkan orang bebas melakukan kritik, titik lemah pendidikan akan menjadi bahan dan sasaran empuk bagi para kritikus, adakalanya kritik yang diberikan dapat menjadi sitawar sidingin di dalam memperbaiki kinerja guru. Akan tetapi tidak tertutup kemungkinan pula akan dapat membuat merah telinga guru sebagai akibat dari kritik yang diberikan, hal ini dapat memberikan dampak terhadap kinerja guru yang bersangkutan.

Apapun kritik yang diberikan, apakah bernilai positif atau negative kiranya akan menjadi masukan yang sangat berarti bagi kenerja guru. Guru yang baik tidak akan pernah putus asa, dan menjadi kritikan sebagai pemicu baginya di dalam melakukan perbaikan dan pembenahan diri di masa yang akan datang. Kritik terhadap kinerja guru perlu dilakukan, tanpa itu bagaimana guru mengetahui kinerja yang sudah dilakukannya selama ini, dengan demikian akan menjadi bahan renungan bagi guru untuk perbaikan lebih lanjut.

Indikator suatu bangsa sangat ditentukan oleh tingkat sumber daya manusianya, dan indicator sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pendidikan masyarakatnya. Semakin tinggi sumber daya manusianya, maka semakin baik tingkat pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya. Oleh sebab itu indicator tersebut sangat ditentukan oleh kinerja guru.

Bila kita amati di lapangan, bahwa guru sudah menunjukan kinerja maksimal di dalam menjalan tugas dan fungsinya sebagai pendidik, pengajar dan pelatih. Akan tetapi barangkali masih ada sebagian guru yang belum menunjukkan kinerja baik, tentunya secara akan berpengaruh terhadap kinerja guru secara makro.

Ukuran kinerja guru terlihat dari rasa tanggungjawabnya menjalankan amanah, profesi yang diembannya, rasa tanggungjawab moral dipundaknya. Semua itu akan terlihat kepada kepatuhan dan loyalitasnya di dalam menjalankan tugas keguruannya di dalam kelas dan tugas kependidikannya di luar kelas. Sikap ini akan dibarengi pula dengan rasa tanggungjawabnya mempersiapkan segala perlengkapan pengajaran sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu, guru juga sudah mempertimbangkan akan metodologi yang akan digunakan, termasuk alat media pendidikan yang akan dipakai, serta alat penilaian apa yang digunakan di dalam pelaksanaan evaluasi.

Kinerja guru dari hari kehari, minggu ke minggu dan tahun ke tahun terus ditingkatkan. Guru punya komitmen untuk terus dan terus belajar, tanpa itu maka guru akan kerdil dalam ilmu pengetahuan, akan tetap tertinggal akan akselerasi zaman yang semakin tidak menentu. Apalagi pada kondisi kini kita dihadapkan pada era global, semua serba cepat, serba dinamis, dan serba kompetitif.

Kinerja guru akan menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan komponen persekolahan, apakah itu kepala sekolah, guru, karyawan maupun anak didik. Kinerja guru akan bermakna bila dibarengi dengan nawaitu yang bersih dan ikhlas, serta selalu menyadari akan kekurangan yang ada pada dirinya, dan berupaya untuk dapat meningkatkan atas kekurangan tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan kearah yang lebih baik. Kinerja yang dilakukan hari ini akan lebih baik dari kinerja hari kemarin, dan tentunya kinerja masa depan lebih baik dari kinerja hari ini. Semoga.

Delapan pertanyaan untuk sebuah kinerja guru

Agus Sampurno.

Menilai kinerja guru di sekolah bukan sebuah hal yang sederhana. Perlu sebuah komunikasi yang baik di dalam sekolah sendiri untuk membuat sebuah standar penilaian yang baik. Standar penilaian kinerja guru yang baik tidak muncul begitu saja. Perlu diupayakan kesepakatan dari pihak yang akan menilai (kepala sekolah) dan guru yang akan dinilai. Dengan demikian tercapai saling pengertian bahwa proses penilaian kinerja guru, sama sekali bukan untuk mencari-cari kesalahan tetapi semata-mata untuk peningkatan kinerja agar sekolah dapat berjalan lebih baik lagi dalam prakteknya. Serta bagaimana agar sekolah dapat membantu guru agar lebih baik lagi dalam melakukan pembelajaran dikelas.

Standar penilaian kinerja guru yang baik tidak muncul begitu saja. Perlu diupayakan kesepakatan dari pihak yang akan menilai (kepala sekolah) dan guru yang akan dinilai.

Berikut ini delapan pertanyaan yang dapat menuntun guru dan kepala sekolah dalam melakukan penilaian kinerja. Pertanyaan dibawah ini dapat diajukan kepada guru yang akan dinilai sekaligus mengarahkan kepala sekolah dalam menilai kinerja.

1. Apakah semboyan dan filosofi mengajar anda

2. Apakah rencana anda tahun ajaran ini

3. Sebutkan pencapaian anda tahun ini

4. Sebutkan kesulitan yang anda hadapi

5. Apakah strategi anda untuk mencapai tujuan-tujuan di tahun ajaran ini?

6. Apakah peran dan sumbangsih anda dalam kegiatan-kegiatan di sekolah?

7. Hal-hal apa saja yang harus di tingkatkan untuk mendukung kinerja anda di sekolah

8. Apa saran anda untuk sekolah ini?



Kriteria Kelulusan





Prosedur Operasional Standar Ujian Nasional tahun ini:

A. Kelulusan Ujian Nasional

Peserta UN dinyatakan lulus UN jika memenuhi standar kelulusan UN sebagai berikut:

  1. memiliki nilai rata-rata minimum 5,0 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan (termasuk nilai uji kompetensi untuk SMK), dengan tidak ada nilai bawah 4,25; atau
  2. memiliki nilai minimum 4,00 pada salah satu mata pelajaran, dengan nilai mata pelajaran lainnya yang diujikan pada UN masing-masing minimum 6,00.

Kabupaten/Kota dan atau satuan pendidikan dapat menentukan standar kelulusan UN lebih tinggi dari kriteria a dan/atau b.

B. Kelulusan Ujian Sekolah

Peserta didik dinyatakan lulus ujian sekolah/madrasah apabila memiliki rata-rata nilai minimum 6,00 dan nilai minimum setiap mata pelajaran Ujian Sekolah ditentukan oleh masing-masing sekolah/madrasah.
Satuan pendidikan dapat menentukan batas lulus dengan nilai rata-rata di atas 6,00.

C. Kelulusan dari Satuan Pendidikan

Pengumuman kelulusan siswa dari satuan pendidikan dilakukan oleh sekolah/madrasah penyelenggara setelah menerima DKHUN, lulus UN, lulusan ujian sekolah/madrasah, serta hasil penilaian lainnya sebagaimana tertera pada pasal 72 PP 19/2005, selengkapnya sebagai berikut:
Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah:

  1. menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
  2. memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan ahlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan.
  3. lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
  4. lulus UN.

Keempat kriteria kelulusan peserta didik dalam satuan pendidikan di atas harus dipenuhi oleh peserta didik. Apabila salah satu kriteria tidak terpenuhi, peserta didik dinyatakan tidak lulus dari satuan pendidikan.

Jumlah Kelulusan Pelajar SMU Meningkat

Jumlah kelulusan siswa SMU dan sederjat tahun ini meningkat dibandingkan tahun lalu. Hari ini, Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) mengumumkan, 91,43 persen dari 1.958.7746 siswa SMU dan sederajat yang mengikuti ujian tahun ini dinyatakan lulus.

Ketua BSNP, Bambang Suhendro mengatakan, jumlah siswa SMU yang paling banyak lulus berada di Jawa Barat 97,99 persen. “Kemudian diikuti Riau 96,92 persen dan Sulawesi Selatan 96,77persen,” ujarnya, hari ini.

Secara umum, kata Bambang, peserta ujian nasional SMU yang lulus di 32 provinsi mencapai 92,5 persen dan Madrasah Aliyah 90,79 persen. Kelulusan tertinggi adalah di Jakarta 98,22 persen, Jawa Barat 97,07 persen, dan Jawa Timur 96,24 persen.

Untuk SMK, secara keseluruhan jumlah siswa yang lulus sebesar 91 persen. Jumlah kelulusan terbanyak berada di Jawa Barat disusul Riau dan Sumatera Selatan.

Beratnya Standar Kelulusan UN

Liputan6.com, Wamena: Pemerintah dari tahun ke tahun terus menaikkan standar kelulusan ujian nasional. Sayangnya, hal ini tidak diikuti upaya peningkatan sarana dan fasilitas. Alhasil, bagi sejumlah siswa standar UN dirasakan terlalu berat. Seperti yang dialami para murid di Asologaima, Wamena, pedalaman Papua.

Menyusuri sungai dengan sepotong kayu. Inilah yang dilakoni Salomina, siswi kelas tiga Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Asologaima, setiap hari untuk ke sekolah. Butuh waktu dua jam untuk sampai ke sekolahnya. Dia pun sudah ikut UN pekan silam. Namun Salomina belum tahu nasibnya, lulus UN tahun ini bersama 60 temannya atau tidak. Dia menjadi pesimistis mengingat standar kelulusan tahun ini lebih tinggi. Padahal sekolahnya hanya memiliki 10 guru.

Minimnya jumlah guru baru satu masalah. Di tempat Salomina tinggal belum ada listrik sama sekali. Jadilah Salo belajar hanya dengan bantuan pelita. Namun Salomina masih menyimpan cita-cita. Ia ingin kuliah dan menjadi dokter. Cita-cita yang juga menjadi keinginan ayah Salomina, salah satu kepala suku di kampung mereka.(YNI/Anastasya Putri dan Yanto Sukma)

Kelulusan Antara Harapan dan Kenyataan

Perhelatan ujian nasional (UNAS) telah selesai di gelar. Hasilnyapun, sekarang untuk beberapa daerah dan tingkatan sekolah sudah bisa diketahui, itu artinya terjawab sudah kecemasan murid, guru dan orang tua selama ini.

Namun seperti apa kelulusan kali ini,..patut kita pertanyakan kembali. Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) optimistis tingkat kegagalan ujian nasional (UN) masih berada di bawah 8%. Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo menegaskan, tingkat ketidaklulusan untuk sekolah menengah atas (SMA) secara nasional relatif kecil. Dan Hasilnya hampir sama dengan tahun lalu atau sedikit lebih baik.Tapi , tingkat kelulusan tiap daerah berlainan. Ada daerah tertentu yang menunjukkan angka peningkatan, tapi ada pula daerah yang justru menurun. Sementara itu,Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Yunan Yusuf menjelaskan, pengumuman hasil UN tidak akan dilakukan secara nasional. ”Hasilnya diumumkan di sekolah-sekolah. jadi perincian hasilnya ada di tiap dinas pendidikan daerah. Menurutnya, pada UN tahun ini terjadi peningkatan kualitas dibandingkan tahun lalu. Di perkirakan tingkat kelulusan dapat mencapai 90%.

Namun kenyataannya masih ada juga sekolah yang tingkat kelulusannya tidak sesuai dengan apa yang di harapkan, ada yang sampai dua kali tidak meluluskan siswanya. Tapi apapun hasilnya itu adalah hasil upaya yang telah di usahakan selama ini, dan semoga jika masih ada ujian nasional lagi hasilnya jauh lebih baik lagi?…

Setuju atau tidak setuju itulah ujian nasional kali ini?…..