Monday, November 12, 2007

MP3 Kenapa Yachh


Kini di sekolah ini...lagi ngetrend denger lagu pake mp3 player ...mulai dari yang 100 rb ampe yang mahal....bahkan ada juga yang pake mp4 ...n iPod lagi...... maskahnya dari mana mp3 itu muncul..... berikut ..sejarahnya...

MUNCULNYA perangkat lunak MP3 telah mendorong dunia musik untuk tampil
di barisan terdepan. Format data ini memungkinkan transfer file musik
lewat internet sehingga dapat dengan mudah diunduh (di-download) oleh
masyarakat, langsung dari PC mereka.

MP3 adalah kependekan dari MPEG Audio Layer III dan merupakan standar
untuk kompresi audio yang dapat memperkecil file musik tanpa
mengurangi (atau hanya sedikit mengurangi) kualitas suara yang
dihasilkan. MP3 merupakan bagian dari keluarga MPEG, singkatan dari
Motion Pictures Expert Group, suatu standar untuk format video dan
audio yang menggunakan sistem kompresi.

Di Indonesia, format MP3 mulai populer seiring dengan menjamurnya
lapak-lapak maupun distributor penjualan software. Tempat-tempat
semacam ini biasanya memperjual-belikan CD (compact disc) berisi
lagu-lagu dalam format MP3. Setiap keping CD dengan kapasitas 700 MB
sanggup menyimpan kurang lebih 200 lagu. Inilah keistimewaan format
musik MP3 yang membedakannya dengan format musik lain. Ukuran file-nya yang relatif kecil sangat memudahkan dalam penyimpanan maupun
pemindahan (transfer).

Namun demikian, belum banyak orang yang tahu mengenai kisah sang
penemu, yang telah memadukan pengetahuan tentang matematika, suara, dan elektronika - yang secara luar biasa, melakukannya tanpa
mengharapkan keuntungan pribadi.

Tolak tawaran dana

Kisah ini dimulai dari suatu tempat bernama Institut Frauenhofer,
salah satu lembaga penelitian di Jerman yang paling prestisius dan
memperkerjakan kurang lebih 250 orang sarjana. Mereka adalah para
ilmuwan dan insinyur terbaik Jerman, walaupun kabarnya gaji yang
mereka terima tidak lebih besar dari yang ditawarkan oleh standar
industri.

Profesor Karl Heinz Brandenburg adalah salah satu ilmuwan yang bekerja
di institut tersebut. Keterlibatannya dalam bidang kompresi musik
dimulai sejak tahun 1977. Pada awalnya, Profesor Dieter Seitzer-lah
yang memiliki gagasan untuk menciptakan suatu metode dalam mentransfer
musik melalui jalur telefon standar. Saat itu, idenya dianggap sebagai
suatu teroboson brilian. Namun demikian, ia menolak setiap tawaran
dana yang datang sebagai bantuan penelitian. Ia justru memutuskan
untuk membentuk suatu kelompok kerja tersendiri yang terdiri dari para
ilmuwan dan teknisi Frauenhofer yang memiliki minat terhadap topik
semacam itu. Keberminatan Bradenburg terhadap matematika, elektronik,
dan gagasan-gagasan nyleneh menjadikan mereka sebagai partner yang ideal.

Selanjutnya, penelitian mengenai kompresi file musik ini dipimpin
langsung oleh Bradenburg, dan dilakukan di Institut Frauenhofer,
divisi Integrated Circuits (Frauenhofer IIS), di Bavaria. Bradenburg
kemudian memutuskan untuk berkonsentrasi pada upaya pengompresian file
lewat algoritma. Hasilnya adalah algoritma "MPEG-1 Layer 3" yang
kemudian dipersingkat menjadi "MP3".

Sedikitnya jumlah penelitian serupa yang pernah dilakukan sebelumnya
memaksa Bradenburg dan kawan-kawan untuk menciptakan metode, teori,
dan risetnya tersendiri. Kebanyakan dari pekerjaan mereka tidak hanya
tentang bagaimana mengurangi ukuran file, melainkan untuk mengetahui
tingkat penurunan kualitas suara yang masih dapat ditoleransi oleh
persepsi manusia.

Otak dan telinga Dalam menciptakan MP3, Brandenburg menganalisis bagaimana otak dan
telinga manusia menangkap suara. Teknik yang digunakan berhasil
memanipulasi telinga dengan membuang bagian yang kurang penting pada
suatu file musik. Sebagai contoh, apabila terdapat dua nada yang
mirip, atau apabila nada tinggi dan rendah muncul secara bersamaan,
otak hanya akan memproses salah satunya. Sehingga algoritma MP3 akan
memilih sinyal yang lebih penting dan membuang sisanya.Hasilnya adalah
file MP3 mampu mengurangi ukuran file audio orisinal hingga 10 kali
lebih kecil. Sebagai contoh, sebuah lagu dengan durasi
3 menit dapat menyita alokasi hard-disk sebesar 30 MB. Lagu yang sama
dengan format MP3 hanya membutuhkan ruang sebesar 3 MB dengan
penurunan kualitas suara yang minimum.

Penemuannya telah mendapatkan sejumlah perhatian di negaranya sendiri,
Jerman. Tetapi sambutan hangat justru ia peroleh saat berkunjung ke
Silicon Valley untuk melakukan presentasi pada 1997. Di sana ia
mendemonstrasikan pengetahuannya mengenai cara menekan ukuran file WAV
tanpa membuat pendengar mengetahui perbedaannya. Beberapa pihak pun
menunjukkan ketertarikannya untuk membeli projek tersebut atau
mengambil alih hak kepemilikannya. Namun, Institut Frauenhofer
bersikeras untuk menjaga semua hak ciptanya, walaupun mereka
sebenarnya tidak memiliki banyak uang untuk mengawasi perlindungannya.

Diawali dengan Winamp

Kesuksesan MP3 dimulai pada 1998, ketika Winamp, sebuah mesin pemutar MP3 yang
dibuat oleh sepasang mahasiswa bernama Justin Frankel dan
Dmitry Boldyrev, ditawarkan secara cuma-cuma di internet. Dalam
seketika, penikmat musik di seluruh dunia terhubung dalam satu
jaringan pusat bernama MP3, dan saling menawarkan musik-musik yang
memiliki hak cipta, secara gratis.

Sebelum terlalu lama, programmer lain pun seperti tidak mau
ketinggalan kereta. Mereka menciptakan berbagai perangkat lunak
pendukung untuk para pencinta MP3 (MP3 junkies). Encoder, ripper, dan
player terbaru dirilis setiap minggunya, dan pertumbuhannya bergerak
semakin kencang. Mesin-mesin pencari pun membuat proses pencarian file
MP3 tertentu yang dikehendaki menjadi semakin cepat. Selain itu,
player portabel seperti Rio dan iPod membuat MP3 dapat dinikmati
sambil berjalan.

Saat ini, MP3 ditawarkan sebagai program shareware. Ini artinya siapa
pun yang berminat dapat mendaftarkan pada Institut Frauenhofer dan
membuat perangkat lunak atau file MP3-nya sendiri. Sejujurnya,
mengenai hal tersebut, Bradenburg memang tidak memiliki banyak pilihan
karena projek ini tidak memiliki partner software langsung dan tidak
memiliki anggaran untuk membuat rantai distribusi dan pemasarannya
sendiri.

Brandenburg menyatakan bahwa ia sangat puas dengan pekerjaannya dan
tidak mengambil keuntungan apa pun daripadanya. Ia pun mengaku tidak
memiliki selembar saham pun di perusahaan internet atau perusahaan
lain yang menggunakan format MP3. Bahkan, ia tidak tertarik terhadap
uang sama sekali. "Saya tidak peduli dengan angka-angka yang ada di
buku tabungan saya. Tetapi, saya sangat puas dengan apa yang telah
saya lakukan, dengan rekan-rekan kerja, dan apa yang telah kami
hasilkan bersama," ujarnya pada majalah Jerman, Der Spiegel. Namun
demikian, Brandenburg tidak berpikir bahwa sistem ini akan
menghancurkan industri musik seperti yang banyak pihak telah ramalkan.
"Saya pikir hal itu tak akan terjadi, tetapi kita memang telah
mengubah industri... Industri harus memahami cara mengendalikan media
digital yang baru ini dan peluang yang menyertainya. Mereka harus
berkonsentrasi pada hal-hal yang positif ketimbang yang negatif."

Menolak tawaran

Dengan segala kesuksesan yang telah ia raih, berbagai tawaran
menggiurkan pun datang menghampiri, termasuk posisi keprofesoran di
Amerika Serikat. Meski demikian, ia tetap bersikap sederhana dan
rendah hati. Tampaknya ia sudah cukup bahagia dengan 'dunia kecil'-nya
di pinggiran kota Berlin .

Ia pernah berkata pada pers Jerman bahwa setiap kali ia berselancar di
internet dan menemukan situs MP3 terbaru dan mengetahui bahwa
masyarakat menikmati sesuatu yang pernah ia buat, "Hal itu memberikan
perasaan senang yang tak terlukiskan, " ujar Brandenburg suatu hari.***




No comments: