Wednesday, May 5, 2010

Memilih Untuk Bersikap Benar



Sering sekali kita tidak sadar, bahwa hidup bagaimanapun kita menjalaninya adalah hasil dari sebuah pilihan, bahkan ketika kita memilih untuk diam tak berbuat apa apa, maka itupun tetap sebuah pilihan, bahwa kita, memilih untuk diam, untuk tidak berbuat apa apa.

Contoh kecil saja, apakah kita benar benar merasa nyaman saat berada dalam angkot dengan musik berdentum dentum, seakan akan kita berada di sebuah pub atau diskotik dadakan. Bahkan tidak jarang, lagu lagu yang diputar dengan volume tak wajar itu liriknyapun tidak sopan, jorok dan terkadang kasar,

Saya yakin sekali bahwa kondisi itu bagi siapapun tidaklah nyaman, namun entah mengapa, kita tetap diam dan geming, bahkan ketika rasanya volume house music yang di putar para sopir yang rata rata abg itu sudah tidak bisa ditolerir telinga kita tetap saja diam tak berani menegur seakan akan dengan meminta mereka mengecilkan volume pada batas wajar adalah suatu tindakan yang tidak sopan dan menyalahi hak mereka.

Padahal jika kita fikir lebih jauh, tentng hak hak, maka hak kitalah sebagai penumpang untuk mendapatkan suasana yang tenang dan nyaman di dlamnya.

Tidak berhenti disitu kita juga gagap untuk menuntut hak kita untuk tetap sehat. Kalau kita mau objektif, banyak dari kita yang merasa sangat tidak membuat nyaman ketika terpaksa menghirup asap rokok melayang layang disekitar kita, rasanya menyesakkan, belum lagi efek buruknya nanti, karena ternyata perokok pasif justru lebih beresiko untuk segera mengalami gangguan jantung, tapi tetap saja kita diam, geming, tak berani meminta untuk diharagai hak haknya. Padahal denagn permintaan halus dan sopan seprti ‘ maaf, saya tidak tahan dengan asap rokok’ penderitaan kita bisa segera berakhir.

Namun itulah, kadang definisi kita tentang hak, dan kesantunan bisa begitu terdistorsi. Meminta untuk dihargai haknya untuk merasa nyaman tanpa musik yang menyakiti telinga adalah hak kita, sebaliknya itu kewajiban mereka untuk santun terhadap kita, karena kita manusia, yang butuh merasa nayman tanpa gangguan. Meminta agar tak terkena asap rokok yang menyesakkan dan berbahaya adalah hak kita, dan kewajiban mereka lah para perokok unutk menghargai orang lain.

Mungkin kegagapan dan kegugupan kita ketika memperjuangkan hak dengan benar ternyata berasal dari kebiasaan kita yng juga mungkin tidak peduli ketika kita melanggar hak hak orang lain.
Contoh contoh kecil yang terserak di depan mata sebagai buktinya. Sebgian dari kita merasa tdak bersalah mengundang organ musik untuk pernikahan keluarga yang sebnarnya adalah hal wjar, hanya saja menjadi slah ketika kita menebalkan hati untuk membiarkan organ dengan sound system dahsyat yang menggema jauh ke seluruh kompleks perumahan kita tetap beraksi di tengah malam buta. Kita tidak peduli atau berusaha keras tidak peduli Saat organ yang masih beraksi di malam buta itu membangunkan para tetangga kita yang ingin beristirahat setelah lelah berjuang seharian mancari nafkah, atau bayi mereka yang mungkin tidur baru berapa menit mesti terpekik lagi karena kaget, atau membangunkan tetangga kita yang mungkin sedang terbaring sakit.

Atau mungkin kita adalh guru guru yang tidak peduli ketika melanggar hak hak murid kita, untuk diperlakukan dengan benar, objektif. Untuk mendapatkan contoh teladan. Mungkin kita adalah sosok yang susah untuk on time unutk datang ke kelas, jarang benar benar mempersiapkan diri untuk banr brnar mengajar dengan menyenangkan. tapi bisa begitu marah saat anak terlambat atau mengoceh di kelas.

Atau bisa jadi kita adalah ibu, kakak, yang kasar, namun selalu emminta hak kita unutk diperlakuakn santun dan penuh hormat.
Kita mungkin adalah warga yang tau bahwa, hak alam untuk selalu dijaga , dan itu kwajiban kita, tapi kita menebalkan hati, berusaha mebiarkan diri, untuk membuang sampah sembrangan, hanya karena yang melakukanya bukan hanya kita saja dan menurut kita itu adalh hal yang biasa.

Kita mungkin slah satu dari orang orang yang di atas, jika iya, maka wjar jika kemudian kita gagap dan tidak mampu tegas memnita hak kita untuk dihargai, karena kita pun ternyata pelaku pelanggaran itu. Tapi sampai kapan rantai prilaku menyebalkan ini akan di biarkan?
Hidup bersama secara sosial tanpa rasa hormat adalah hidup yang menyedihkan dan mengciilkan hati. Maka putuskan rantai itu dari sekrang, hargai hak hak orang lain, yang mungkin terkesan sepele,

Hal ini mungkin terkesan sepele, tapi tanpa disadari ini kemudian membentuk karakter kita, bahwa kita gagap memilih sikap untuk hal hal kecil seperti itu. Maka janagn protes jika kita masih saja sering dicurangi haknya untuk hal yang lebih besar

Maka mulai lah dari sekrang, untuk memilih tegas memperjuangkan hak hak kita, mulai dari hal hal sepele seperti itu dengan terlebih dahulu berusaha menghargai hak hak orang lain untuk merasa nyaman, untuk diperlakukan dengan hormat, untuk mendapatkan pelayanan yang tarbaik jika kita di psoisi yang harus memberikan pelayanan. Sudahlah, kiat sudah lelah dengan keegoisan kita sendiri, jadi putuskanlah sekarang. Percayalah tak ada yang memalukan dari berusaha bersikap benar dan memperjuangkan hak untuk diperlakukan dengan benar...demi kemanusiaan kita!

diposted oleh : Salimah Ashadri